UPAYA GREENPEACE DALAM MENGURANGI PERUBAHAN IKLIM (STUDI KASUS PEMAKAIAN BATUBARA DI INDIA)

MALAHAYATI ANGKAT MALAHAYATI ANGKAT, LULU (2016) UPAYA GREENPEACE DALAM MENGURANGI PERUBAHAN IKLIM (STUDI KASUS PEMAKAIAN BATUBARA DI INDIA). Other thesis, UPN "VETERAN" YOGYAKARTA.

[img]
Preview
Text
RESUME SKRIPSI.pdf

Download (71kB) | Preview

Abstract

Di zaman era globalisasi sekarang ini hampir semua negara membutuhkan energi untuk keberlangsungan ekonomi di negaranya, termaksud India. Pengunaan energi di India didominasi dengan pema kaian energi batubara, hampir 70% penggunaan batubara di India digunakan sebagai bahan bakar pambangkit listrik tenaga uap, padahal perlu diketahui ba hwa pemakaian batubara lebih banyak 20% mempercepat perubahan iklim diba ndingkan dengan energi lainnya. Konsumsi dan produksi pemakaian batubara di India setiap tahun semakin meningkat, hal ini menyebabkan Greenpeace sebagai organisasi intrenasional yang peduli terhadap lingkungan berperan unt uk mengintervensi kebijakan pemakaian batubara di India mengingat bahwa India merupakan salah satu negara yang ikut mensepakati perjanjian Protokol Kyoto untuk mengurangi perubahan iklim akan tetapi kenyataanya India menempati posis is ke 3 sebagai produsen dan konsumen batubara di dunia. Greenpeace dalam upayanya untuk mengurangi pemakaian batubara di India mengunakan perwakilan langsung, demonstrasi, media massa, dan kerjasama dengan lembaga sosial masyarakat (LSM). Upaya yang dilakukan Greenpeace dalam menggunakan saluran khusus ternyata me nimbulkan dua respon yang saling bertentangan, dimana upaya-upaya terse but ada yang membuahkan hasil dan ada yang tidak. Secara umum upaya yang dilakukan Greenpeace banyak mendapatkan akspresiasi dari masyarakat, terbukti de ngan adanya seorang Kalavati yang mampu mengimplementasikan visi-misi Greenpeace dalam penggunaan energi terbaru dari tenaga matahari di desanya. Berhas ilnya demonstrasi yang dilakukan oleh Greenpeace melalui website dalam rangka memp eringati hari bumi di India Kemudian adanya kerjasama antara Greenpeace dengan BREDS dan PVCHR dalam mengaudit skema RGGVY untuk penggadaan listrik di desa-desa. Greenpeace berhasil membuka kebohongan publik yang dilakukan oleh pemerintah tentang skema RGGVY. Pemerintah mengklaim bahwa pe mbangunan skema RGGVY sudah hampir rampung sebanyak 93%, namun fakta yang ada dilapangan hanya 10% yang masih terinstal. Keberhasilan Greenpeace dapat terlihat dengan berhasilnya perwakilan langsung yang diutus Greenpeace untuk menyuarakan visi-misinya dalam konferensi yang mereka ikuti. Seperti dalam konferensi GoM Greenpeace beserta 27 LSM lainya mendesak pemerintah unt uk diberlakukanya daerah Go-Zone dan No-Zone sebagai pembatasan hutan margasatwa da n areal pertambangan tapi yang terjadi malah adanya penambahan areal hutan un tuk pertambangan, namun hal itu direvisi ulang oleh pemerintah India. Dengan adanya upaya yang dilakukan oleh Greenpeace secara bertubi-tubi kepada pemerintah India diharapkan ma mpu memberikan respon positif dari pemerintah dalam mengunakan energi te rbaru sebagai penganti batubara. Namun sejauh ini respon pemerintah hanya sebatas pemberlakuan undang-undang. . Pemerintah India dalam hal ini ti dak dapat memutuskan sepenuhnya untuk pemberlakuan penghentian batubara menj adi energi terbaru, mengingat India merupakan negara perekonomian dan indus trinya sedang berkembang pesat, yang 70% kebutuhan listrik untuk industri ma sih menggunakan batubara sehingga berat untuk pemerintah India memberlakukan energi terbaru pada saat ini, karena untuk melakukan pembangunan energi terbaru me mbutuhkan biaya besar dan waktu yang cukup lama untuk memenuhi ke butuhan industri India. Keenganan pemerintah India dalam me mberlakukan tutntutan yang diinginkan oleh Greenpeace didasari dengan kebutuhan e konomi yang mendesak, dimana hampir 68% kemajuan ekonomi India diduk ung oleh kemajuan industri, padahal kemajuan industri tersebut didukung denga n pemakaian bahan batubara, ditambah lagi dengan bahan baku batubara hampir ters edia disetiap daerah di India, memiliki harga ekonomi yang cukup murah, dan penge lolaanya yang mudah. Jika pemerintah India ingin mengunakan pemakaian energi te rbaru sebagai pengan ti energi batubara maka pemerintah India meski mengelontorka n dana yang begitu besar, disamping itu membutuhkan waktu yang cukup lama untuk memulai pembangunanya sehingga diangap belum efisen oleh pemerintah. Untuk mengimbangi pemakaian batubara dengan pengunaan energi terbaru, pemeri ntah India telah membangun pembangkit tenaga surya di wilayah Gurun Thara. Diharapkan dengan dibagunya pembangkit tenaga surya tersebut maka dapat menghasilkan energi terbaru dari tenaga surya yang pengunaanya di aplikasikan didalam gedung pe merintah, rumah sakit, dan fasilitas publik umum.

Item Type: Thesis (Other)
Subjects: J Political Science > JQ Political institutions Asia
Divisions: Faculty of Engineering, Science and Mathematics > School of Civil Engineering and the Environment
Depositing User: Muji Isambina
Date Deposited: 03 Oct 2016 07:34
Last Modified: 03 Oct 2016 07:34
URI: http://eprints.upnyk.ac.id/id/eprint/7153

Actions (login required)

View Item View Item