Fiyati, Nur Idaman (2024) GEOLOGI DAN HUBUNGAN TINGKAT SERPENTINISASI BATUAN DASAR TERHADAP KETEBALAN ENDAPAN LATERIT BERDASARKAN MINERALOGI DAN GEOKIMIA DAERAH WUMBUBURO, KECAMATAN KABAENA TIMUR, KABUPATEN BOMBANA, SULAWESI TENGGARA. Diploma thesis, UPN Veteran Yogyakarta.
Text
Cover Skripsi_111200049_Nur Idaman Fiyati.pdf Download (95kB) |
|
Text
Abstrak_111200049_Nur Idaman Fiyati.pdf Download (127kB) |
|
Text
Halaman Pengesahan_111200049_Nur Idaman Fiyati.pdf Download (209kB) |
|
Text
Daftar Isi_111200049_Nur Idaman Fiyati.pdf Download (25kB) |
|
Text
Daftar Pustaka_111200049_Nur Idaman Fiyati.pdf Download (181kB) |
|
Text
Skripsi Full_111200049_Nur Idaman Fiyati.pdf Restricted to Repository staff only Download (25MB) |
Abstract
Serpentinisasi pada batuan ultramafik mempengaruhi karakteristik
terbentuknya endapan laterit. Daerah penelitian terletak di IUP PT Tonia Mitra
Sejahtera, Desa Wumbuburo, Kecamatan Kabaena Timur, Kabupaten Bombana,
Sulawesi Selatan memiliki kondisi batuan dasar yang terserpentinisasi pada endapan
lateritnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi geologi, sebaran tingkat
serpentinisasi, karakteristik serpentinisasi, dan pengaruhnya terhadap endapan yang
terbentuk. Karakteristik endapan diidentifikasi melalui mineralogi dari 27 sampel
petrografi, dan analisis XRF pada 10 drill hole. Topografi landai-curam terbentuk pada
lokasi penelitian dengan bentuk lahan lereng struktural (S1), bukaan tambang (A1),
dan lahan reklamasi (A2). Dua satuan batuan yang terbentuk yaitu (1) Satuan peridotit
Wumbuburo yang terdiri dari lherzolit, harzburgit, harzburgit terserpentinisasi rendah,
dunit terserpentinisasi tinggi dan olivin ortopiroksenit terserpentinisasi rendah (2)
Satuan serpentinit Wumbuburo yang terdiri dari batuan peridotit terserpentinisasi
tinggi membentuk serpentinit. Peridotit tidak terserpentinisasi memiliki komposisi
mineral olivin, ortopiroksen, klinopiroksen, mineral opak, dan talk. Peridotit
terserpentinisasi rendah menunjukkan tekstur serpentin mesh dan vein mineral
serpentin dengan komposisi mineral olivin, ortopiroksen, klinopiroksen, krisotil,
lizardit, mineral opak, dan talk. Tingkat serpentinisasi tinggi memiliki komposisi
mineral berupa olivin, ortopiroksen, antigorit, lizardit, krisotil, talk, mineral opak, dan
brusit dengan tekstur mesh, fibrous, ribbon, interlocking, interpenetrating, dan vein.
Distribusi unsur dalam setiap tingkatan serpentinisasi menunjukkan pola karakteristik
yang sama, MgO, SiO₂ sangat berkurang menuju profil atas (zona top soil) sedangkan
Fe, diperkaya secara residu di top soil dan pengayaan unsur Ni terjadi di zona saprolit.
Namun, tingkat serpentinisasi tinggi menunjukkan kadar unsur Fe, SiO₂, MgO yang
lebih tinggi dan Ni yang lebih rendah dibandingkan dengan batuan peridotit dan
peridotit terserpentinisasi rendah yang disebabkan oleh pembentukan mineral brusit
kaya Fe dan talk selama proses serpentinisasi. Serpentinit memiliki sifat resisten
terhadap pelapukan yang lebih tinggi dibandingkan peridotit akibat pembentukan
antigorit sehingga endapan laterit yang terbentuk lebih tipis walaupun memiliki
topografi yang serupa. Hal ini menyebabkan Ni tidak terkayakan dengan baik.
Penurunan kandungan Ni mencapai 50% pada bedrock selama serpentinisasi
menghasilkan kadar Ni yang lebih rendah (1.78%) dibandingkan peridotit (2,55%) dan
peridotit terserpentinisasi rendah (2,18%) pada saprolit.
Kata kunci: kabaena, serpentinisasi, nikel laterit, geokimia, mineralogi
Item Type: | Thesis (Diploma) |
---|---|
Uncontrolled Keywords: | kabaena, serpentinisasi, nikel laterit, geokimia, mineralogi |
Subjects: | G Geography. Anthropology. Recreation > G Geography (General) Q Science > Q Science (General) Q Science > QE Geology |
Divisions: | Faculty of Engineering, Science and Mathematics > School of Geography |
Depositing User: | Bayu Setya Pambudi |
Date Deposited: | 24 Jul 2024 07:02 |
Last Modified: | 24 Jul 2024 07:02 |
URI: | http://eprints.upnyk.ac.id/id/eprint/40396 |
Actions (login required)
View Item |