UNSPECIFIED (2012) Komunikasi Militer. In: Lestari, Puji and Prabowo, Agung and Ishak, Aswad and Junaedi, Fajar and Budi, Setio and Widodo, Y, (eds.) Komunikasi Militer. ASPIKOM, Buku Litera, Prodi Ilmu Komunikasi UPN "Veteran" Yogyakarta, Univ. Prof. Dr. Moestopo (Beragama), xxviii-662. ISBN 978-602-7636-10-1
|
Text
Komunikasi Militer_cetak-editor.pdf Download (7MB) | Preview |
Abstract
Perkembangan teknologi komunikasi dan informasi di era globalisasi telah membawa implikasi munculnya tantangan baru dalam konteks ketahanan nasional. Dengan perkembangan teknologi komunikasi dan informasi, perang asimentris semakin mengemuka dalam percaturan global. Kita bisa melihat bagaimana, Amerika Serikat yang notabene merupakan satu-satunya negara adidaya, berhasil ditembus sistem pertahanannya oleh kelompok teroris Al Qaeda melalui aksi pembajakan pesawat yang diakhiri dengan menabrakan pesawat yang mereka bajak ke menara kembar gedung World Trade Center (WTC) pada tanggal 11 September 2001. Selain serangan pada tanggal 11 September ini, kelompok Al Qaeda juga melakukan serangkaian aksi terror yang mereka tujukan pada fasilitas yang berhubungan dengan kepentingan Amerika Serikat di Timur Tengah, Afrika, dan Asia Tenggara. Kelompok teroris ini dalam aksi terror bersenjatanya memanfaatkan aplikasi internet, seperti google map dan google earth untuk menentukan sasaran yang hendak mereka serang. Sekitar satu dekade sebelumnya, justru Amerika Serikat bersama pasukan koalisi yang bergabung untuk mengusir Irak yang menginvasi Kuwait yang menggunakan fasilitas teknologi komunikasi dan informasi untuk melumpuhkan kekuatan militer Irak, yang pada tahun awal dekade 1990-an menjadi salah satu kekuatan terbesar di Timur Tengah. Pesawat-pesawat tempur Irak yang berjaya dalam Perang Irak – Iran menjadi lumpuh dalam Perang Teluk. Melalui Operasi Badai Gurun, militer Amerika Serikat berhasil melumpuhkan radar pasukan Irak dan sekaligus memutus akses informasi antar pasukan Irak yang menyebabkan konsolidasi kekuatan militer Irak menjadi kacau balau. Dalam perang yang bersifat simetris ini, pasukan Koalisi secara telak berhasil mengkonsolidasikan kekuatan militer yang berasal dari berbagai negara melalui sistem komunikasi yang terintegrasi dalam manajemen sistem informasi yang digarap dengan serius. Amerika Serikat bahkan tidak hanya berhenti dalam pengelolaan sistem komunikasi dan informasi di medan perang. Amerika Serikat membangun aktivitas public relations untuk membenarkan tindakan militer yang mereka lakukan di medan Perang Teluk. Melalui media televisi, Pentagon berkerja sama dengan industri penyiaran televisi menyiarkan supremasi militer Amerika Serikat dalam Perang Teluk. Berbagai stasiun televisi menyiarkan ulang, siaran yang dipancarluaskan oleh stasiun televisi Amerika Serikat terutama CNN (Cable News Network). Khalayak di seluruh dunia tiba-tiba mendapatkan suguhan menakjubkan pesawat-pesawat tempur pasukan koalisi pimpinan Amerika Serikat tatkala menggempur tentara Irak yang menduduki Kuwait. Pesawat-pesawat tempur Amerika Serikat yang tinggal landas dari kapal induk maupun pangkalan-pangkalan pasukan Koalisi di Timur Tengah menjadi gambar yang menakjubkan penonton, sebagaimana yang disuguhkan dalam film Top Gun. Pesawat F-16, F-18 dan F-15 menjadi varian pesawat tempur yang sangat akrab dengan penonton televisi. Yang membedakan adalah jika film Top Gun, sebuah film aksi yang meroketkan nama Tom Cruise, dibuat berdasarkan skenario maka apa yang disajikan dalam pemberitaan tentang Perang Teluk yang berisi aksi spektakuler pesawat tempur Amerika Serikat adalah realitas yang dikemas oleh kamera televisi. Perang Teluk adalah sebuah contoh menarik dari keberhasilan pengelolan komunikasi dengan memanfaatkan teknologi komunikasi dan informasi. Pentagon benar-benar menyadari pentingnya teori agenda setting dalam membangun opini publik untuk mendukung aksi militer yang dilancarkan pasukan Koalisi. Dalam teori agenda setting diyakini bahwa ageda media mampu membangun agenda publik dan selanjutnya adalah agenda politik. Perkembangan internet, terutama dengan berkembangannya platform web 2.0 yang memungkinkan khalayak tidak lagi menjadi konsumen media, namun juga sekaligus berperan sebagai produsen media – yang biasanya disebut sebagai prosumer – adalah fenomena aktual yang harus diantisipasi. Sebagaimana Amerika Serikat dan pasukan Koalisi berhasil mengintegrasikan sistem komunikasi dan informasi yang mereka jalankan dalam Perang Teluk, maka sudah selayaknya bagi bangsa Indonesia untuk semakin peduli dengan aspek komunikasi dalam sistem pertahanan dan ketahanan nasional kita. Perkembangan teknologi komunikasi dan informasi yang cepat mengharuskan kita untuk cepat tanggap pada tantangan terbaru. Perkembangan teknologi web 2.0 yang memungkinkan semua warga negara berperan menjadi produsen informasi yang melintasi batas negara-bangsa adalah salah satu tantangan yang harus dikelola dengan bijaksana. Beberapa negara bahkan telah mengintegrasikan para hacker yang digunakan untuk menjaga kedaulatan bangsa dan negara mereka melalui dunia maya, sebuah tindakan yang bisa dilekatkan dengan konsep pertahanan keamanan rakyat semesta (hankamrata). Buku ini adalah sebuah langkah maju dalam mengembangkan kajian komunikasi militer dengan melihat berbagai tantangan yang dihadapi bangsa ini. Peran serta para akademisi yang menyumbangkan pemikirannya dalam buku ini harus diapresiasi setinggi-tingginya. Tentu buku ini bukan langkah terakhir. Perlu sinergis yang kuat dari semua pihak dalam mengembangkan pemikiran komunikasi militer sebagai bagian dari hankamrata. Pasti dengan sinergis yang kuat, bangsa Indonesia akan mampu duduk sejajar dengan bangsa-bangsa lain yang berhasil mengembangkan integrasi komunikasi dalam pertahanan nasional. Jakarta, Juni 2012 Sekretaris Jenderal, Eris Herryanto, M.A. Marsekal Madya TNI
Item Type: | Book Section |
---|---|
Subjects: | H Social Sciences > H Social Sciences (General) |
Divisions: | Faculty of Law, Arts and Social Sciences > School of Social Sciences |
Depositing User: | Dr. M.Si Lestari Puji |
Date Deposited: | 27 Nov 2018 04:25 |
Last Modified: | 27 Nov 2018 04:29 |
URI: | http://eprints.upnyk.ac.id/id/eprint/16309 |
Actions (login required)
View Item |