PENGGUNAAN FINITE ELEMENT METHOD (FEM) PADA ANALISIS PERPINDAHAN ATAP DAN DINDING DENGAN SISTEM PENYANGGAAN SEMENTARA PADA TEROWONGAN CISUMDAWU

HERLINA, HERLINA (2018) PENGGUNAAN FINITE ELEMENT METHOD (FEM) PADA ANALISIS PERPINDAHAN ATAP DAN DINDING DENGAN SISTEM PENYANGGAAN SEMENTARA PADA TEROWONGAN CISUMDAWU. Other thesis, Univesitas Pembangunan Nasional "Veteran" Yogyakarta.

[img]
Preview
Text
2. Abstrak.pdf

Download (293kB) | Preview
[img]
Preview
Text
3. COVER.pdf

Download (192kB) | Preview
[img]
Preview
Text
4. Lembar Pengesahan.pdf

Download (259kB) | Preview
[img]
Preview
Text
5. Daftar Isi.pdf

Download (196kB) | Preview

Abstract

Penelitian ini dilakukan di Terowongan Cisumdawu di Desa Cigendel, Kecamatan Pamulihan, Kabupaten Sumedang. Terowongan Cisumdawu memiliki dimensi dengan ketinggian 12,947 m serta berdiameter 16,161 m. Metode penggalian yang diterapkan pada terowongan Cisumdawu ini adalah New Austrian Tunnelling Method (NATM). Sistem penyanggaan sementara yang digunakan adalah Steel Fibre Reinforcement Shotcrete (SFRS), wiremesh, dan steel set. Deformasi yang terjadi akibat massa batuannya lunak, total displacement terbesar yang diperbolehkan terjadi selama pemantauan yang masih berlangsung pada terowongan Cisumdawu ini adalah 10 cm. Untuk menganalisis stabilitas terowongan menggunakan Finite Element Method (FEM). Hasil perhitungan anatilik diketahui bahwa pada saat deformasi atau total displacement yang terjadi 0,02 m diperoleh nilai strength factor SFRS sebesar 1,827, strength factor steel set sebesar 1, dan strength factor forepolling sebesar 0,187. Nilai strength factor SFRS dan steel set sudah optimal dikarenakan nilai SF ≥1 sedangkan untuk nilai strength factor forepolling lebih kecil dari 1, hal tersebut menyebabkan penyangga berupa forepolling harus dipasang bersamaan dengan SFRS dan steel set karena forepolling tidak dapat menahan kekuatan material penyusun pada terowongan tersebut. Hasil analisis menggunakan finite element method (FEM) pada saat terowongan tidak disangga dengan ketinggian lapisan tanah di atas terowongan18,992 m diketahui bahwa total displacement maksimum yang terjadi pada atap terowongan sebesar 0,242 m, pada dinding kiri terowongan sebesar 0,101 m, pada dinding kanan terowongan sebesar 1,138 m. Sedangkan pada saat terowongan sudah dilakukan penyanggaan dengan ketinggian lapisan tanah di atas terowongan sebesar 42,696 m terjadi total displacement minimum pada atap terowongan sebesar 0,071 pada dinding sebelah kiri sebesar 0,025 m, pada dinding sebelah kanan sebesar 0,024 m. Dari hasil menggunakan pemantauan yang memiliki nilai maksimum 5,1 cm maka dapat disimpulkan bahwa nilai total displacement menggunakan FEM lebih besar dibandingkan hasil pemantaunnya. Nilai strength factor maksimum yang terjadi pada saat terowongan tersebut sudah dilakukan penyanggaan dengan ketinggian lapisan tanah di atas terowongan 42,696 m yaitu pada atap terowongan sebesar 6,480, pada dinding kiri terowongan sebesar 1,420, pada dinding kanan terowongan sebesar 2,110. Sedangkan, pada saat terowongan tersebut belum disangga dengan ketinggian lapisan tanah di atas terowongan 18,992 m diperoleh nilai strength factor minimum terjadi pada terowongan yang tidak disangga yaitu pada atap terowongan sebesar 0,510, pada dinding sebelah kiri sebesar 0,100, pada dinding sebelah kanan sebesar 0,510.

Item Type: Thesis (Other)
Subjects: Q Science > Q Science (General)
Divisions: Faculty of Engineering, Science and Mathematics > School of Engineering Sciences
Depositing User: Eny Suparny
Date Deposited: 25 Jul 2018 04:25
Last Modified: 25 Jul 2018 04:25
URI: http://eprints.upnyk.ac.id/id/eprint/15846

Actions (login required)

View Item View Item