ANALISA MINERAL SAMPEL CUTTING DENGAN METODE XRD (X-RAY DIFFRACTION) & MBT (METHYLENE BLUE TEST) DALAM PENGUKURAN BRITTLENESS INDEX & POTENSI PROBLEM SHALE PADA SUMUR “BTA-17” LAPANGAN “Y”

ARRANG, BRIAND TANGDI (2017) ANALISA MINERAL SAMPEL CUTTING DENGAN METODE XRD (X-RAY DIFFRACTION) & MBT (METHYLENE BLUE TEST) DALAM PENGUKURAN BRITTLENESS INDEX & POTENSI PROBLEM SHALE PADA SUMUR “BTA-17” LAPANGAN “Y”. Other thesis, UPN "VETERAN" YOGYAKARTA.

[img]
Preview
Text
COVER.pdf

Download (879kB) | Preview
[img]
Preview
Text
LEMBAR PENGESAHAN.pdf

Download (199kB) | Preview
[img]
Preview
Text
ABSTRAK.pdf

Download (14kB) | Preview
[img]
Preview
Text
DAFTAR ISI.pdf

Download (219kB) | Preview

Abstract

RINGKASAN Lokasi sidetrack sumur BTA-17 ditajak pada tanggal 1 Mei 1997. Sumur ini dibor miring dari sumur BTA-44/53 dengan target lapisan Volkanik. Target puncak Volkanik tercapai dengan arah N 60oE, KOP di 850m, kemiringan maksimum 30,5o. Untuk mencapai target tersebut, diperlukan adanya identifikasi lithologi mineral batuan untuk identifikasi potensi problem pemboran, sehingga dapat diminimalisir terjadinya problem saat pemboran berlangsung. Metode yang digunakan dalam identifikasi problem ini yaitu kajian analisa cutting yang dibuktikan dengan analisa sampel cutting dari sumur analisa dengan metode X-Ray Diffraction (XRD), yang didukung dengan analisa brittleness index serta analisa menggunakan diagram ternari dalam menganalisa distribusi mineral dari masing-masing formasi. Analisa Clay Oriented dilakukan jika presentase dari mineral lempung yang teridentifikasi cukup besar. Berdasarkan hasil analisa identifikasi menggunakan metode X-Ray Diffraction (XRD) sampel cutting sumur BTA-17 yang diambil dari 7 interval kedalaman, yaitu pada formasi parigi dengan kedalaman 480-490m sebanyak 3 sampel, pada formasi cibulakan atas dengan kedalaman 860-872m sebanyak 7 sampel, 1040-1074m sebanyak 17 sampel, 1430-1440m sebanyak 6 sampel, 1452-1460m sebanyak 5 sampel, dan pada formasi cibulakan bawah dengan kedalaman 1840-1850m sebanyak 6 sampel, 1870-1880m sebanyak 6 sampel. Dari hasil analisa, didapatkan hasil identifikasi mineral pada formasi parigi yaitu mineral calcite sebesar 91%, mineral quartz sebesar 2% serta mineral lain seperti dolomite, cholrite dan juga pyrite sebesar 7%. Sedangkan pada Formasi cibulakan atas teridentifikasi mineral quartz sebesar 60%, mineral calcite sebesar 14%, mineral kaolin sebesar 10 %, mineral smectite sebesar 6%, serta tambahan mineral lain seperti ilite, dolomite dan pyrite sebesar 9%%. Pada formasi cibulakan bawah teridentifikasi mineral quartz sebesar 39%, mineral calcite sebesar 16%, mineral kaolin sebesar 21%, mineral smectite sebesar 13%, serta mineral tambahan seperti ilite dan pyrite sebesar 9%. Dari hasil presentase mineral menggunakan analisa X-Ray Diffraction (XRD), menunjukkan mineral yang utama pada formasi parigi yaitu mineral calcite/gamping (CaCO3), dengan sifat brittleness yaitu ductile, sehingga pada formasi parigi berpotensi terjadiya problem loss circulation. Dominasi mineral calcite pada formasi parigi dapat menyebabkan terjadinya loss circulation, sehingga penggunaan lumpur Organic Colloid treated Mud yang terdiri dari penambahan carboxymethylcellulose (CMC) dapat mengatasi hal problem tersebut, karena organic colloid tidak terlalu sensitif terhadap flokulasi seperti clay, maka organic colloid ini baik untuk mengurangi filtration loss pada fresh water mud pada lumpur. Sedangkan pada formasi cibulakan atas mineral yang dominan yaitu quartz (SiO2) serta adanya sisipan batuan gamping dengan karakteristik mineral bersifat brittle. Sedangkan pada formasi cibulakan bawah, dapat dilihat dari presentase mineral menunjukkan adanya peningkatan mineral calcite (gamping) dan juga mineral shale (lempung), sehingga pada formasi cibulakan bawah merupakan batuan pasir gampingan dengan adanya sisipan mineral lempung. Dominasi dari mineral quartz dan calcite pada formasi cibulakan atas dan bawah menyebabkan potensi formasi menjadi rapuh/brittle. Sehingga pada formasi cibulakan atas dan bawah, pengontrolan tekanan hidrostatis lumpur (ph), densitas lumpur, mengurangi gesekan antara pipa bor dengan dinding lubang (mengontrol RPM) dapat menjaga kestabilan lubang sumur pada saat pemboran untuk mencegah terjadinya runtuhan formasi pada saat pemboran menembus formasi cibulakan atas dan cibulakan bawah.

Item Type: Thesis (Other)
Subjects: T Technology > TA Engineering (General). Civil engineering (General)
Divisions: Faculty of Engineering, Science and Mathematics > School of Engineering Sciences
Depositing User: Basir Umaryadi
Date Deposited: 24 Jul 2017 03:23
Last Modified: 24 Jul 2017 03:23
URI: http://eprints.upnyk.ac.id/id/eprint/12432

Actions (login required)

View Item View Item