KARAKTERISASI DAN POTENSI RISIKO KERUSAKAN EKOSISTEM KARST CEKUNGAN AIR TANAH WATUPUTIH DAERAH TEGALDOWO DAN TIMBRANGAN, KECAMATAN GUNEM, KABUPATEN REMBANG, PROVINSI JAWA TENGAH

NUGROHO, NANDRA EKO (2017) KARAKTERISASI DAN POTENSI RISIKO KERUSAKAN EKOSISTEM KARST CEKUNGAN AIR TANAH WATUPUTIH DAERAH TEGALDOWO DAN TIMBRANGAN, KECAMATAN GUNEM, KABUPATEN REMBANG, PROVINSI JAWA TENGAH. Masters thesis, UPN "Veteran" Yogyakarta.

[thumbnail of 01. HALAMAN JUDUL.pdf]
Preview
Text
01. HALAMAN JUDUL.pdf

Download (140kB) | Preview
[thumbnail of 01A. Lembar_pengesahan.pdf]
Preview
Text
01A. Lembar_pengesahan.pdf

Download (180kB) | Preview
[thumbnail of 01C. DAFTAR ISI.pdf]
Preview
Text
01C. DAFTAR ISI.pdf

Download (150kB) | Preview
[thumbnail of ABSTRAK.pdf]
Preview
Text
ABSTRAK.pdf

Download (109kB) | Preview
[thumbnail of TESIS.pdf] Text
TESIS.pdf
Restricted to Repository staff only

Download (23MB)

Abstract

Lokasi daerah telitian merupakan daerah karst yang sedang berkembang di
wilayah Kecamatan Gunem, Kabupaten Rembang. Daerah ini merupakan bagian dari
kawasan karst Kendeng. Kawasan karst CAT Watuputih yang tertuang dalam Keputusan
Presiden Nomor 26 Tahun 2011 poin 124 masuk dalam klasifikasi CAT B yaitu berada
di lintas Kabupaten Rembang dan Blora. Kawasan karst CAT Watuputih terdapat 74
gua, 29 mata air, dan 44 ponor yang berada di daerah Tegaldowo dan Timbrangan. Dari
74 gua dan 29 mata air, terdapat 10 gua dan 3 mata air yang diantaranya berada di
kawasan Perhutani.
Hasil penelitian dapat diketahui bahwa daerah CAT Watuputih tersusun dari
morfologi endokarst dan eksokarst dengan variasi litologi batu gamping kapuran dan
batu gamping masif. Kedalaman sungai bawah tanah di daerah telitian berkisar antara
kedalaman 300 – 400 m di bawah tanah. Estimasi sungai bawah tanah di daerah telitian
cenderung mengikuti pola aliran sungai permukaan yang mengalir dari Utara ke Selatan.
Arah penyebarannya dikontrol oleh Ponor yang tersebar di sekitar hulu dari sungai
bawah tanah tersebut.
Potensi kerusakan daerah CAT Watuputih disebabkan ulah manusia seperti
kegiatan penambangan dan rencana pembangunan pabrik semen. Selain itu, perubahan
morfologi juga disebabkan oleh faktor alam, seperti erosi dan pelarutan. Perubahan
morfologi terutama kegiatan penambangan secara langsung maupun tidak langsung
dapat merusak ekosistem gua, sungai bawah tanah dan mata air parenial yang tersebar di
wilayah CAT Watuputih.
Sebuah kawasan yang memiliki kriteria sebagai kawasan karst dan CAT harus
menjadi perhatian bagi pemerintah pemangku kebijakan dalam keberlanjutan ekosistem
karst. Perlindungan semua aktifitas yang dapat merusak kawasan lindung geologi yang
memiliki bentang alam karst dan imbuhan air, terutama dari kegiatan penambangan
harus di hentikan. Pemberian pemahaman tentang kawasan karst dan pembangunan
dalam perspektif pengurangan risiko bencana, perlu dikembangkan dan diinformasikan
ke berbagai pihak lintas sektor dan lintas administrasi, sehingga dapat dilakukan
kebijakan yang tepat sebagai fungsi ekologis.
Kata Kunci: CAT Watuputih, ekosistem, risiko kerusakan

Item Type: Thesis (Masters)
Uncontrolled Keywords: CAT Watuputih, ekosistem, risiko kerusakan
Subjects: Q Science > QE Geology
Divisions: Faculty of Engineering, Science and Mathematics > School of Engineering Sciences
Depositing User: Eko Yuli
Date Deposited: 27 Mar 2017 08:52
Last Modified: 02 Aug 2022 07:38
URI: http://eprints.upnyk.ac.id/id/eprint/11589

Actions (login required)

View Item View Item