KONTRIBUSI INDUSTRI EKPLORATIF TERHADAP PEMBANGUNAN EKONOMI DAN SOSIAL DI KABUPATEN KUTAI BARAT (STUDI KASUS PT BHARINTO EKATAMA)

YAFETH, KORAH BILLY (2016) KONTRIBUSI INDUSTRI EKPLORATIF TERHADAP PEMBANGUNAN EKONOMI DAN SOSIAL DI KABUPATEN KUTAI BARAT (STUDI KASUS PT BHARINTO EKATAMA). Masters thesis, UPN "VETERAN" YOGYAKARTA.

[img]
Preview
Text
RESUME.pdf

Download (314kB) | Preview

Abstract

PT. Bharinto Ekatama (PT. BEK) adalah perusahaan swasta nasional yang berdiri pada tanggal 9 Januari 1996, yang kemudian mendapatkan ijin tambang dari Pemerintah Republik Indonesia berupa Perjanjian Karya Pengusahaan Pertambangan Batubara (PKP2B) pada 20 November 1997 dengan kode wilayah 96J00077 yang terletak di Kabupaten Barito Utara provinsi Kalimantan Tengah, dan Kabupaten Kutai Barat provinsi Kalimantan Timur. PT. BEK merupakan anak perusahaan (subsidiary) dari PT. Indo Tambangraya Megah (PT. ITM) yang berdiri pada tahun 1987. PT. ITM sendiri memiliki 6 bagian yaitu: 1. PT. Bharinto Ekatama; 2. PT. Trubaindo Coal Mining (PT. TCM); 3. PT. Jorong Barutama Greston; 4. PT. Indominco Mandiri; 5. PT. Kitadin (Embalut), dan ; 6. PT. Kitadin (Tanjung Mayang). Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari serta memperdalam kontribusi PT. BEK dalam pembangunan di Kutai Barat dari segi ekonomi-sosial melalui sudut pandang masyarakat setempat serta dari sudut pandang PT. BEK, karena pengaruh dan dampak globalisasi tidak hanya mencapai pada tingkat pemerintah pusat, melainkan hingga pada tingkat pemerintah daerah/kabupaten. Melihat kerjasama pemerintah daerah Kabupaten Kutai Barat dengan anak perusahaan (subsidiary) PT. ITM yakni PT. BEK adalah upaya kebijakan pemerintah daerah untuk merangsang akumulasi modal dalam negeri dan devisa negara dengan cara mengintegrasikan diri dengan jaringan ekonomi global atau yang disebut dengan “globalisasi”. Tentu bukanlah hal yang baik apabila kontribusi MNC dapat mempengaruhi atau bahkan yang menjadi pemeran utama penentu kebijakan ekonomi, politik dan sosial daerah, oleh sebab itu pemerintah daerah diharapkan dapat bertindak dengan bijak dalam merangkul perusahaan MNC tersebut dalam membangun daerah serta dapat menekan paham kapitalis yang kemudian disesuaikan dengan paham nasionalis Indonesia guna mencapai tujuan utama yaitu memaksimalkan potensi daerah yang sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat. Untuk menyikapi hal tersebut perlu adanya suatu tanggung jawab dari pihak perusahaan untuk dapat lebih mengedepankan pendekatan moral terhadap masyarakat dan menciptakan relasi yang dapat membangun secara ekonomi, dan sosial. Maka CSR (Corporate Social Responsibility)/ CD (Community Development) diwajibkan kepada suatu perusahaan agar bisa memberikan kontribusi yang lebih adil terhadap pembangunan di sekitarnya yang mengacu pada Undang-Undang No.40 Tahun 2007, Bab V, Pasal 74 tentang Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan. Laurence E. Rothenberg (2002-2003:176) menyimpulkan bahwa “Globalisasi adalah percepatan dari intensifikasi integrasi dan interaksi antara orang-orang, perusahaan dan pemerintah dari negara yang berbeda”, dimana berdasarkan teori ini menjadi jalan utama bagi para aktor-aktor tersebut untuk saling bergantung (dependent) satu sama lain. Menurut Michael P. Todaro nilai inti pembangunan ekonomi ditunjukan ditunjukan oleh 3 pokok, yaitu (1) Berkembangnya kemampuan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan pokoknya (sustenance), (2) Meningkatnya rasa harga diri masyarakat sebagai manusia (self-esteem), dan (3) Meningkatnya kemampuan masyarakat untuk memilih dan bebas dari sikap menghamba/perbudakan (freedom). Menurut James Midgley (2005:37) pembangunan sosial adalah “suatu proses perubahan sosial yang terencana yang didesain untuk mengangkat kesejahteraan penduduk secara menyeluruh, dengan menggabungkannya dengan proses pembangunan ekonomi yang dinamis”. Maka untuk mencapai pembangunan sosial setidaknya ada 3 capaian yang harus dipenuhi yaitu: 1. Meningkatkan ketersediaan dan memperluas distribusi barang-barang kebutuhan pokok. 2. Meningkatkan taraf hidup, yaitu selain meningkatkan pendapatan, memperluas kesempatan kerja, pendidikan yang lebih baik, dan juga perhatian yang lebih besar terhadap nilai-nilai budaya dan kemanusiaan, yang keseluruhannya akan memperbaiki bukan hanya kesejahteraan material tetapi juga menghasilkan rasa percaya diri sebagai individu ataupun sebagai suatu bangsa. 3. Memperluas pilihan ekonomi dan sosial yang tersedia bagi setiap orang dan setiap bangsa dengan membebaskan mereka dari perbudakan dan ketergantungan bukan hanya dalam hubungan dengan orang dan negara lain tetapi juga terhadap kebodohan dan kesengsaraan manusia. Berdasarkan teori-teori tersebut dapat disimpulkan bahwa pembangunan sosial tidak akan dapat terlaksana tanpa adanya keselarasan dengan pembangunan ekonomi. Kesejahteraan sosial masyarakat merupakan bentuk kerjasama lembaga pemerintah dan aktor-aktor ekonomi (MNC atau swasta) yang seimbang sehingga mampu memberikan kontribusi kepada pemerintah dan mengurangi beban pemerintah. Metode yang digunakan untuk penelitian ini adalah kualitatif dan kuantitatif, yaitu dimana penelitian ini berdasarkan dari kerangka teori yang didasarkan oleh teori para ahli dengan tujuan menggambarkan secara tepat fenomena-fenomena yang terjadi secara relevan, objektif dan sistematis disertai dengan data-data survei untuk menghubungkan kenyataan empiris terhadap kenyataan teoritis. Sejarah bermulanya Indonesia turut serta dalam globalisasi terjadi pada era tahun 1960-an yang dimulai pada pergantian Orde Lama ke Orde Baru yang dipimpin oleh Soeharto. Saat itu pada bulan Januari 1967 Pemerintah Orde Baru mengambil keputusan penting dengan mengeluarkan Undang-Undang Penanaman Modal Asing (the Foreign Capital Investment Law No. 1 of January 1967) yang bersifat Laissez-faire atau Open-door Economic dimana pemerintah tidak dapat mengintervensi ataupun memberikan regulasi terhadap transaksi-transaksi perusahaan swasta, hal ini kemudian diubah pada tahun 1976 yang mengharuskan semua penanaman modal asing menjadi Joint-venture (kerja sama). Indonesia sudah memulai tahap integrasi ekonomi global melalui salah satu pilar ASEAN yaitu ASEAN Economic Community (AEC), maka dalam konteks ini pemerintah Indonesia dituntut untuk menciptakan kondisi perekonomian yang stabil dalam berinvestasi. Maka, hadirnya PT. Bharinto Ekatama yang adalah subsidiary PT. Indo Tambangraya Megah yang merupakan perusahaan Multinasional asal Thailand adalah bukti nyata bentuk investasi asing di Indonesia yang berasal dari kawasan ASEAN. Kehadiran perusahaan MNC ini diharapkan dapat menjadi acuan Indonesia menjadi negara yang lebih terintegrasi secara ekonomi dan menciptakan kawasan ASEAN menjadi kawasan yang bebas dalam pergerakan barang dan jasa, investasi, tenaga kerja terampil serta aliran modal yang lebih bebas. PT. Bharinto Ekatama (PT. BEK) adalah Perusahaan Swasta Nasional berlokasi di Kabupaten Kutai Barat yang memiliki kerjasama Perjanjian Karya Pengusahaan Pertambangan Batubara (PKP2B) dengan Pemerintah Republik Indonesia yang ditandatangani pada tanggal 20 November 1997 dengan Kode Wilayah 96J00077. Berdasarkan Keputusan Mentri Kehutanan RI Nomor : 621/Menhut-II/2010 pada 4 November 2010, PT. BEK mendapatkan Izin Pinjam Pakai Kawasan Hutan (IPPKH) yang ke-1 untuk melakukan eksploitasi pada lahan seluas 571,10 Ha yang kemudian ditambah dengan lahan seluas 2.134,53 Ha dari IPPKH ke-2. Secara geografis wilayah PKP2B PT. BEK terletak pada koordinat 115o20’,00” sampai 115o,31’,00” Bujur Timur (BT) dan 0o,57’,00” Lintang Selatan (LS) dengan batas areal kegiatan sebagai berikut: 1. Batas Utara : PKP2B PT. Trubaindo Coal Mining (TCM) 2. Batas Timur : HPH PT. Timber Dana, HPH PT. Austral Byna dan PKP2B PT. TCM 3. Batas Selatan : HPH PT. Austral Byna 4. Batas Barat : HPH PT. Austral Byna American Standard Testing and Mineral (ASTM) membagi jenis-jenis batubara berdasarkan kualitasnya (coalification) yaitu mulai dari :1.) Antarasit (C94OH3O3) dengan kandungan kalori lebih dari 7777 kcal/kg; 2.) Bituminus (C80OH5O15) dengan kandungan kalori 5833-7777 kcal/kg; 3.) Sub-bituminus (C75OH5O20) dengan kandungan kalori 4611-5833 kcal/kg; 4.) Lignit (C70OH5O25) dengan kandungan kalori 3500-4611 kcal/kg; 5.) Gambut (C60H6O34) adalah kelas terendah dengan kandungan kalori dibawah 3500 kcal/kg . Maka berdasarkan coalification oleh ASTM dan penelitian hasil uji laboratorium oleh PT. Sucofindo Indonesia sebanyak 131 sampel, Nippon Kaiji Kentei Kyokai – Jepang sebanyak 1 sampel dan Carbon Consulting Internasional Australia sebanyak 15 sampel (dapat dilihat pada tabel 2.1, 2.2, dan 2.3), rata-rata batubara yang dihasilkan oleh PT. BEK merupakan batubara jenis Bituminus. Deposit batubara yang terkira adalah sebesar 27.500.000 ton, jumlah cadangan terbukti sebesar 111.400.000 ton, dengan total jumlah sebesar 138.9000.000 ton. Maka, ditambah dengan adanya peningkatan produksi yang direncanakan oleh PT. BEK menjadi 3.000.000 ton per tahun (yang dilaporkan pada ANDAL 2014 dan dapat dilihat pada tabel 2.5 tahun produksi 2013 milik Dinas Pertambangan dan Energi Kutai Barat) maka diperkirakan sisa umur tambang adalah 46 tahun. Kabupaten Kutai Barat adalah wilayah hasil pemekaran dari Kabupaten Kutai Kartanegara yang telah disahkan oleh Undang-Undang No.47 Tahun 1999 Tentang Pembentukan Kabupaten Nunukan, Kabupaten Malinau, Kabupaten Kutai Barat, Kabupaten Kutai Timur, dan Bontang tertanggal 4 Oktober 1999 dengan dilantiknya Ir. Rama Alexander Asia dan Ismael Thomas, SH sebagai Bupati dan Wakil Bupati pertama Kutai Barat. Wilayah Kutai Barat berbatasan langsung dengan Kabupaten Mahakam Ulu (Utara), Kabupaten Kutai Kartanegara (Timur), Kabupaten Penajam Paser Utara (Selatan) dan Kabupaten Barito Utara Kalimantan Tengah (Barat) yang dapat dilihat pada gambar 2.3 dan gambar 2.5. Secara geografis, Kutai Barat terletak antara 114o45’49”-116o32’43” BT dan 00o37’30”LU dan 1o09’33”LS dengan luas wilayah 20.381,59 km2 atau ±15,79% dari luas wilayah propinsi Kalimantan Timur. Globalisasi telah menghubungkan masyarakat daerah Kabupaten Kutai Barat dengan dunia Internasional melalui perantaraan Pemerintah yang berkerjasama dengan MNC yaitu PT. BEK. Dengan adanya hubungan kerjasama ini maka diharapkan juga disertai dengan adanya penyebaran pengetahuan, keterampilan dan teknologi, sehingga masyarakatpun mampu menikmati makna dari globalisasi secara positif, bukan hanya menjadi penonton dibelakang layar yang hanya mampu melihat hasil bumi yang ambil dan dinikmati oleh pihak asing. Sektor pertambangan memberikan kontribusi lebih dari 50% tiap tahunnya terhadap PDRB Kutai Barat, yaitu sebesar 55,30% pada tahun 2009; 57,93% pada tahun 2010; 59,02% pada tahun 2011; 57,93% pada tahun 2012 dan ; 56,39% pada tahun 2013. Pada tabel 3.3 juga memperlihatkan kontribusi pertambangan terhadap pertumbuhan ekonomi memiliki angka persentase yang lebih besar dibandingan dengan sektor-sektor lainnya yaitu sebesar 4,70% pada tahun 2009; 3,96% pada tahun 2010; 5,10% pada tahun 2011; 4,54% pada tahun 2012 dan; 3,68% pada tahun 2013. Berdasarkan data tersebut, Kabupaten Kutai Barat memiliki sektor pertambangan sebagai sektor unggulan dimana batubara adalah komoditas utama dan yang menjadi satu-satunya komoditas pertambangan yang memberikan kontribusi besar terhadap pembangunan perekonomian Kabupaten Kutai Barat. Jika ditinjau pertumbuhan ekonomi Kabupaten Kutai Barat, sektor pertambangan mendominasi kontribusi terbesar kepada Kabupaten Kutai Barat tiap tahunnya yaitu sebesar 4,70% pada tahun 2009, 3,96% pada tahun 2010, 5,10% pada tahun 2011, 4,54% pada tahun 2012 dan 3,68% pada tahun 2013. Menurut Jim ife CSR/CD memiliki berbagai kontribusi yang terbagi menjadi : 1. Kontribusi Fasilitatif. Kontribusi ini berhubungan dengan upaya memberikan rangsangan dan mendorong keterlibatan masyarakat dalam program CSR/CD. Beberapa teknik yang digunakan untuk kepentingan ini antara lain sebagai berikut : Animasi sosial, mediasi dan negosiasi, dukungan, membangun konsensus, memfasilitasi kelompok, mendayagunakan ketrampilan, dan mengorganisir. 2. Kontribusi Mendidik. Kontribusi ini berhubungan dengan kontribusi CSR/CD sebagai pendorong motivasi untuk terus belajar dan juga mengajar yang berlangsung secara terus menerus. Kontribusi ini antara lain mencakup: Meningkatkan kesadaran (consciousness raising), memberi informasi, mengkonfirmasikan dan, pemberian pelatihan (training). 3. Kontribusi Representasional. Hal ini terutama berhubungan kontribusi fasilitator untuk berinteraksi dengan pihak luar, baik antara satu kelompok kerja dengan kelompok kerja lainnya ataupun dalam spektrum yang lebih luas sebagai representasi komunitas yang difasilitasinya. Kontribusi ini antaralain mencakup: Perolehan sumber daya (resourcing), pembelaan (advocacy), menggunakan media, hubungan masyarakat (public relations), mengembangkan jaringan kerja (networking), berbagi pengetahuan dan pengalaman (sharing knowledge and experience). 4. Kontribusi Teknis. Beberapa aspek pengembangan komunitas melibatkan aplikasi kecakapan teknis untuk menopang proses pengembangan komunitas. Kontribusi antara lain mencakup: Mengumpulkan dan menganalisis data (data collection and analysis), penggunaan computer dan peralatan kantor lainnya, presentasi verbal dan tertulis (verbal and written presentation), manajemen, pengawasan/pengendalian finansial (financial control). Kegiatan dan partisipasi dalam Pengembangan Masyarakat yang dilakukan oleh ITM , telah dilakukan sejak tahun 2004/2005, pihak PT. ITM bekerjasama dengan Universitas Indonesia telah mengembangkan pola CCC (Community Consultative Committee) atau FKM (forum konsultatif masyarakat) sebagai bentuk keterlibatan aktif masyarakat dalam kegiatan Pembangunan Masyarakat. FKM terdiri dari : 1. Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) atau organiasi pedesaan lainnya; 2. Perwakilan tokoh agama/adat dan Masyarakat yang dituakan; 3. Pemerintah Desa dan Badan Pemusyawaratan Desa; 4. Karang Taruna; 5. Organisasi Perempuan/Perwakilan Perempuan Dalam menjalankan tugasnya, CSR PT. BEK mengacu pada kerangka utama/Milestone perusahaan yang telah dicanangkan dan disosialisasikan terhadap pemerintah dan masyarakat Kutai Barat yang terlibat. Milestone ini berisikan desain program-program yang akan dilaksanakan oleh CSR/CD PT. BEK secara garis besar pada masyarakat sekitar tambang yang telah didukung oleh instansi-instansi pemerintahan Kabupaten Kutai Barat. Masyarakat sekitar tambang pun dibagi dalam 2 kategori, yaitu 1. Ring 1 : Adalah pemukiman warga yang paling dekat dengan areal penambangan. Kawasan ini mendapatkan proporsi dana pembangunan dari perusahaan yang lebih besar yaitu sebesar 90%. Wilayah Ring I terdiri dari: a. Kampung Besiq dan Bermai, Kecamatan Damai, Kabupaten Kutai Barat, Kalimantan Timur. b. Kampung Muara Bunyut, Kecamatan Melak, Kabupaten Kutai Barat, Kalimantan Timur. c. Kampung Benangin I, Benangin II dan Benangin V, Kecamatan Teweh Timur, Kabupaten Barito Utara, Kalimantan Tengah. 2. Ring 2 : Adalah pemukiman warga yang tidak terlalu dekat dengan areal penambangan, namun areal wilayah daerahnya masuk kedalam areal penambangan, kawasan ini mendapatkan proporsi dana pembangunan yang lebih sedikit yaitu sebesar 10%. Wilayah Ring II terdiri dari: a. Kampung Suakong, Penarong, Dilangputi, Kecamatan Bentian Besar, Kabupaten Kutai Barat, Kalimantan Timur. b. Kampung Benangin III, Kecamatan Teweh Timur, Kabupaten Barito Utara, Kalimantan Tengah. Adanya perbedaaan antara Aktualisasi/realisasi dana yang dikeluarkan oleh PT. BEK dengan total rencana yang telah di canangkan sebelumnya dapat terjadi karena berbagai macam faktor, beberapa diantaranya adalah faktor pendapatan perusahaan yang berkurang karena melemahnya kurs rupiah terhadap dolar, turunnya harga batubara sehingga berimbas berkurangnya dana share (Perusahaan wajib menyisihkan 0,8 sen per ton untuk kegiatan CSR) untuk program-program CSR/CD, kurangnya minat dan partisipasi masyarakat akan program tersebut dan hal lain-lain yang tidak terduga dalam pelaksanaan program- program CSR yang biasanya tertunda yang kemudian dibayar pada periode tahun berikutnya. Berdasarkan Program Rancangan (Program Design) CSR/CD PT. BEK yang terdapat pada gambar 3.3 terdapat 5 kategori utama pemberdayaan masyarakat, yaitu : 1. Pengembangan Pendidikan, yang di wujudkan dalam program Kampung Pintar (Smart Village), yang terdiri dari 3 rancangan yaitu : a. Peningkatan keterampilan. b. Program beasiswa. c. Bantuan Sarana Pendidikan. 2. Pengembangan Ekonomi, yang diwujudkan dalam program Kampung Produktif (Productive Village), yang terdiri dari 3 rancangan yaitu : a. Pengembangan sistem pertanian terpadu. b. Penguatan Kelembagaan Koperasi. c. Pengembangan Usaha Kecil Menengah. 3. Pengembangan Kesehatan yang diwujudkan dalam program Kampung Sehat (Healty Village), yang terdiri dari 3 rancangan yaitu : a. Mendukung program Puskesmas. b. Bantuan gizi dan makanan tambahan. c. Pengadaan sarana air bersih. 4. Pengembangan Sosial yang diwujudkan dalam program Kampung Budaya (Culture Village), yang terdiri dari 3 rancangan yaitu : a. Pelestarian budaya daerah. b. Perbaikan sarana peribadatan. c. Bantuan kegiatan kepemudaan dan olah raga. 5. Pelestarian Lingkungan yang diwujudkan dalam program Kampung Asri (Green Village), yang terdiri dari 3 rancangan yaitu : a.Bantuan sanitasi lingkungan. b.Program penghijauan. c.Program tambang untuk anak. Program-program CSR/CD PT. BEK lebih menitikberatkan pada pembangunan pendidikan. Hal ini berdasarkan besarnya jumlah realisasi program pengembangan pendidikan yang lebih besar dibandingkan dengan programprogram pengembangan lainnya. Maka, berdasarkan data yang telah diperoleh masyarakat daerah sekitar tambang lebih antusias berpartisipasi dalam megikuti kegiatan yang sifatnya pelatihan kerja, pelatihan keterampilan, dan beasiswa sekolah. Program-program CSR yang telah dilaksanakan oleh CSR/CD PT. BEK tentu membawa dampak/pengaruh terhadap kehidupan masyarakat di daerah Ring 1 dan Ring 2 khususnya di wilayah Kabupaten Kutai Barat, namun pada dasarnya CSR/CD itu sendiri secara umum bersifat holistik, yaitu dimana pentingnya penekanan program-program Pembangunan Sosial dilakukan secara menyeluruh yang mencakup ekonomi, sosial, budaya, lingkungan dan pendidikan sehingga sulit untuk menilai tingkat keberhasilan ataupun kegagalan dari program-program yang telah dilaksanakan secara umum. Mengacu pada sifat CSR/CD yang bersifat holistic yaitu dimana pentingnya program-program Pembangunan Sosial tersebut ditekankan secara keseluruhan dan merata. Maka, secara keseluruhan sebagian besar dari programprogram Pembangunan Sosial yang dilaksanakan oleh CSR/CD PT. BEK sudah berjalan sesuai dengan yang diharapkan oleh masyarakat karena memiliki transparansi kegiatan yang jelas serta laporan kegiatan yang mudah diakses serta mendapatkan respon yang baik oleh masyarakat. Kontribusi PT. BEK yang berikutnya yaitu tanggung jawab sosial melalui program-program pemberdayaan masyarakat yang diwujudkan melalui kegiatankegiatan CSR/CD yang bertujuan untuk menciptakan masyarakat yang mandiri, dapat menciptakan lapangan pekerjaan dan mampu berinovasi. Sistem yang diterapkan oleh PT. BEK bersifat Company Initiative dan Bottom-Up Aspiration System, yaitu dimana masyarakat daerah berkumpul dalam Forum Konsultatif Masyarakat/Community Consultative Committee (FKM/CCC) yang kemudian mereka menentukan sendiri kebutuhan apa yang mereka perlukan yang kemudian disampaikan kepada perusahaan. Berdasarkan hal tersebut, maka efektifitas kinerja CSR/CD PT. BEK dapat dinilai melalui beberapa kriteria sebagai berikut : 1. Komitmen. Komitmen CSR/CD PT. BEK disosialisasikan melalui Milestone (gambar 3.2) yang dipresentasikan di Kampung Muara Bunyut terhadap masyarakat dan pemerintah setempat serta didukung oleh Misi utama CSR PT. ITM sebagai induk perusahaan lalu diwujudkan melalui program-program pemberdayaan masyarakat. Secara garis besar komitmen perusahaan dalam melaksanakan program-program CSR tersebut sudah baik. Hal ini dapat dilihat pada tabel 4.12 dimana dari hasil angket tersebut menghasilkan 100% masyarakat Besiq dan Bermai mengetahui bahwa adanya program-program PT. BEK yang dilaksanakan di daerah mereka. 2. Program Penetapan. Program penetapan CSR/CD PT. BEK diwujudkan menjadi 5 kategori utama yaitu : 1.) Pengembangan Pendidikan; 2.) Pengembangan Ekonomi; 3.) Pengembangan Kesehatan; 4.) Pengembangan Sosial dan; 5.) Pelestarian Lingkungan. Program-program ini dilaksanakan sesuai dengan hasil konsultasi dengan komunitas masyarakat yang disesuaikan dengan minat/kebutuhan dan sumber daya masyarakat. Secara keseluruhan, program-program CSR/CD PT. BEK lebih memfokuskan pada pengembangan pendidikan dan program-program kegiatan CSR/CD PT. BEK cukup baik, karena dinilai memiliki transparansi yang jelas baik jenis kegiatan beserta dengan nilainya. 3. Keterlibatan Masyarakat. Keterlibatan masyarakat dalam program-program pengembangan CSR/CD PT. BEK adalah sebanyak 96.9% responden terlibat dalam kegiatan program pengembangan tersebut. Maka secara garis besar keterlibatan masyarakat dalam mengikuti program-program pengembangan CSR/CD PT. BEK sudah baik. 4. Keberhasilan dan penerimaan masyarakat. Keberhasilan dan penerimaan masyarakat terhadap program-program pengembangan CSR/CD PT. BEK adalah sebanyak 96.9% responden menyatakan bahwa program-program pengembangan CSR/CD PT.BEK telah terlaksana secara efektif, dan 81.3% responden menyatakan puas terhadap program-program pengembangan tersebut. Maka berdasarkan hasil kuisioner tersebut dapat disimpulkan bahwa keberhasilan dan penerimaan masyarakat terhadap programprogram pengembangan CSR/CD PT. BEK sudah baik. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, Bottom-Up Aspiration System berjalan secara efektif karena program-program yang dirancang tersebut merupakan program yang sesuai dan dibutuhkan oleh masyarakat setempat terutama pada pembangunan pendidikan yang bertujuan untuk meningkatkan sumber daya manusia menjadi prioritas utama pada program tersebut, namun hal yang patut untuk diperhatikan adalah keterlibatan masyarakat yang secara menyeluruh dan berkelanjutan. Namun, masyarakat juga harus dididik menjadi manusia yang sadar akan betapa pentingnya lingkungan hidup terhadap kehidupan sehari-hari dengan mengubah cara pandang yang Antroposentrisme menjadi Ekosentrisme . Hal ini bertujuan agar masyarakat menjadi peduli terhadap kehidupan lingkungan hidupnya dalam waktu jangka panjang dan mendorong masyarakat agar sadar bahwa lingkungan hidup tidaklah sekedar instrumen pemenuhan kebutuhan manusia belaka, namun lingkungan hidup tersebut memiliki pengaruh besar terhadap ekosistem alam yang dapat mempengaruhi kehidupan manusia apabila lingkungan hidup tersebut rusak. Perusahaan juga (khususnya PT. BEK) perlu mencermati secara khusus apakah ANDAL (Analisis Dampak Lingkungan) yang dilakukan sampai sekarang ini menggunakan kerangka studi yang bersifat mekanis (teknis, fisik dan material) belaka yang bersifat disiplin ilmu sendiri ataukah mencakup ekologis dan atau mencakup seluruh aspek yang relevan secara komprehensif. Hal tersebut sangatlah penting untuk pengendalian terhadap kerusakan dan pencemaran lingkungan hidup secara lebih efektif dan efesi

Item Type: Thesis (Masters)
Subjects: J Political Science > JZ International relations
Divisions: Faculty of Law, Arts and Social Sciences > School of Humanities
Depositing User: Bugel Suryanta
Date Deposited: 17 May 2016 02:25
Last Modified: 17 May 2016 02:25
URI: http://eprints.upnyk.ac.id/id/eprint/1013

Actions (login required)

View Item View Item