REPRESENTASI KETELADANAN TOKOH SEMAR DALAM CERITA WAYANG SEMAR MBANGUN KHAYANGAN (STUDI SEMIOTIK KETELADANAN TOKOH SEMAR DALAM CERITA WAYANG SEMAR MBANGUN KHAYANGAN

ASRINING PINANTI, MARIA (2014) REPRESENTASI KETELADANAN TOKOH SEMAR DALAM CERITA WAYANG SEMAR MBANGUN KHAYANGAN (STUDI SEMIOTIK KETELADANAN TOKOH SEMAR DALAM CERITA WAYANG SEMAR MBANGUN KHAYANGAN. Other thesis, UPN "Veteran" Yogyakarta.

[img]
Preview
Text
a.pdf

Download (24kB) | Preview

Abstract

ABSTRAK Krisis kepemimpinan mulai terjadi di Indonesia. Indikator untuk mengetahui munculnya krisis kepemimpinan antara lain demonstrasi, kasus korupsi yang dilakukan pejabat, dan sikap main hakim sendiri. Wayang menjadi salah satu sumber aspirasi kepemimpinan. Pemerintah dapat belajar dari sosok Semar yang penuh keteladanan. Permasalahan tersebut menarik untuk diteliti. Tujuan penelitian untuk mengetahui pemahaman keteladanan Semar dalam cerita wayang Semar Mbangun Khayangan. Teori yang dipakai adalah teori interaksi simbolik dan semiotika, lebih khususnya semiotika milik Roland Barthes. Metode penelitian menggunakan kualitatif dengan jenis semiotika. Hasil penelitian yaitu Semar memiliki empat konsep keteladanan yang dapat dicontoh. Pertama konsep pemomong, Semar bertugas menjadi pemomong bagi Pandawa. Semar adalah seorang dewa yang ditugaskan ke bumi untuk menjadi seorang pelayan. Tugas Semar adalah menuntun jalan Pandawa menuju kebenaran. Perkataan yang keluar dari Semar adalah kata-kata yang penuh kebijakan. Kedua Ketuhanan, Semar mengajarkan untuk selalu mendekatkan diri kepada Tuhan. Cara untuk beribadah tidak hanya dilakukan dengan mendatangi tempat ibadah saja, misalnya dengan berbuat kebaikan, berpuasa, membaca kitab suci, dan berderma. Ketiga konsep kemanusiaan, artinya manusia hidup saling membutuhkan. Manusia juga hendaknya berbuat kebaikan. Rasa persaudaraan yang kuat mampu menjauhkan manusia dari perpecahan. Konsep yang keempat adalah konsep pemaaf, Semar mengajarkan untuk memberi maaf kepada orang yang telah berbuat salah. Kesalahan sebesar apapun, sebaiknya dimaafkan. ABSTRACT The crisis of leadership started occur in Indonesia. Indicators to find out the emergence of a leadership crisis include demonstrations, official corruption cases, and the vigilantism. The puppets master become the one resources of leadership aspirations. Government can learn from the figure of Semar which is full of ideals. Those issues interesting to be searched. The purpose of the research to find out the understanding, exemplary wayang Semar Semar Mbangun Khayangan. The theory used is symbolic interaction theory and semiotics, more particularly Roland Barthes' semiotic. The method used is qualitative type of semiotics. Semar research results that is have four exemplary concepts that can be emulated. The first concept is nurturing, Semar served as a nurturing for the Pandawa. Semar is a god which assigned to the earth to become a servant. Semar has a duty to lead the Pandawa to the righteousness. The words that came out of Semar is which is full of words of wisdom. Both the Godhead, Semar always taught to get closer to God. How to worshiping isn’t just done by visiting religious places only, for example, by doing good, fasting, scripture reading, and charity. The third concept of humanity, has meaning humans need each other to live. Humans should also to do good. A powerful sense of brotherhood is able to keep people from splits. The fourth concept is the concept of forgiving, Semar taught to give forgiveness to those who have wronged. Of error of anything, should be excused.

Item Type: Thesis (Other)
Subjects: H Social Sciences > H Social Sciences (General)
Divisions: Faculty of Law, Arts and Social Sciences > School of Social Sciences
Depositing User: Eny Suparny
Date Deposited: 22 Nov 2016 03:41
Last Modified: 22 Nov 2016 03:41
URI: http://eprints.upnyk.ac.id/id/eprint/9145

Actions (login required)

View Item View Item