PENINGKATAN KERJASAMA MILITER INDONESIA-VIETNAM PERIODE 2005-2012

Putri Pratiwi, Eka (2015) PENINGKATAN KERJASAMA MILITER INDONESIA-VIETNAM PERIODE 2005-2012. Other thesis, UPN ''VETERAN'' YOGYAKARTA.

[img]
Preview
Text
ABSTRAK.pdf

Download (12kB) | Preview

Abstract

Asia Tengah adalah kawasan yang terdiri dari lima negara: Kazakhstan, Kyrgyzstan, Tajikistan, Turkmenistan dan Uzbekistan. Namun, dari lima negara tersebut hanya empat negara yang tergabung dalam kerjasama Collective Security Treaty Organization (CSTO), dimana Turkmenistan menolak untuk ikut dalam kerjasama tersebut. Secara singkat CSTO adalah sebuah organisasi kerjasama antar pemerintahan yang dijalin oleh Rusia, Belarus, Armenia, Kazakhstan, Kyrgyzstan, Tajikistan dan Uzbekistan pada 7 Oktober 2002 di Kishinev, Moldova. CSTO dibentuk di bawah kerangka Commonwealth of Independent States (CIS) yang berfungsi sebagai aliansi pertahanan bersama antara Rusia, Belarus, Armenia dan empat negara-negara Asia Tengah kecuali Turkmenistan. CSTO sendiri terbentuk dari Perjanjian Keamanan Kolektif (CST) yang ditandatangani pada tahun 1992. CST merupakan dasar dari pembentukan CSTO yang sekarang ini dianggap sebagai kerangka hukum untuk menjamin keamanan di kawasan Asia Tengah terutama dalam bidang militer. Asia Tengah merupakan salah satu kawasan yang sangat strategis secara geopolitik di dunia. Selain sebagai lumbung energi dan penghasil kekayaan alam lain, kawasan Asia Tengah dapat secara geografis menjadi jembatan antara Asia Timur dan Timur tengah. Sudah pasti dengan begini Asia Tengah menjadi jalur minyak yang potensial untuk kawasan-kawasan di sekitarnya. Kawasan Asia Tengah lagi pula dapat dikatakan telah ‘ditinggalkan pemiliknya’ sejak keruntuhan negara Uni Soviet yang sebelumnya berkuasa di kawasan tersebut. Hal ini menjadikan kawasan Asia Tengah menjadi kawasan yang sangat diperebutkan oleh negara-negara besar, seperti Amerika Serikat, China, dan Rusia. Motivasi Sphare of Influence agaknya masih memungkinkan untuk dilakukan mengingat penguasaan atas Asia Tengah juga berarti one step closer pada penguasaan dan akses monitoring kawasan Timur Tengah. Dalam hal ini North Atlantic Treaty Organization (NATO) juga turut hadir dalam konstelasi perebutan tersebut, dengan menunggangi isu keamanan yang memang menjadi hal sentral di kawasan. Pada saat masalah masalah keamanan yang sebelumnya sudah ada di kawasan belum menentukan bentuk penyelesaian, kini beban keamanan regional dirasa semakin berat dengan munculnya ancaman terorisme dalam skala yang belum pernah dialami sebelumnya. Meskipun menguatnya ancaman terorisme itu juga memiliki akar regional implikasi dari perang global melawan terorisme yang dimotori AS telah memperumit pola-pola hubungan antar negara kawasan, khususnya di antara negara-negara anggota CSTO di Asia Tengah. Dengan kata lain, perkembangan situasi keamanan di Asia Tengah pada umumnya, tidak menunjukkan gambaran masa depan yang menggembirakan. Dalam hal ini, di masa mendatang CSTO akan dihadapkan kepada tantangan-tantangan keamanan regional yang tidak ringan. Dalam hal ini, kawasan Asia Tengah dihadapkan kepada tiga isu keamanan yang rumit. Pertama, masalah terorisme dan stabilitas regional. Kedua, belum terselesaikannya masalah keamanan tradisional, terutama sengketa dan ketegangan antar negara. Ketiga, masalah ancaman trans-nasional. Ketiga masalah ini menjadi tantangam keamanan yang harus dikelola oleh CSTO.

Item Type: Thesis (Other)
Subjects: J Political Science > JZ International relations
Divisions: Faculty of Law, Arts and Social Sciences > School of Humanities
Depositing User: Erny Azyanti
Date Deposited: 10 Nov 2016 06:38
Last Modified: 10 Nov 2016 06:38
URI: http://eprints.upnyk.ac.id/id/eprint/8646

Actions (login required)

View Item View Item