KENDALI GEOLOGI TERHADAP GEOMETRI LAPISAN BATUBARA DI ANTIKLINORIUM SAMARINDA

Jati, Stevanus Nalendra (2011) KENDALI GEOLOGI TERHADAP GEOMETRI LAPISAN BATUBARA DI ANTIKLINORIUM SAMARINDA. Masters thesis, UPN "Veteran" Yogyakarta.

[img]
Preview
Text
Abstrak.pdf

Download (103kB) | Preview

Abstract

Daerah telitian secara admnistratif terletak di Kecamatan Giriwoyo, Kabupaten Wonogiri, Propinsi Jawa Tengah. Secara Geografis daerah telitian terletak pada koordinat 493500 mE – 499500 mE dan 9115000 mN dan 9110000 mN (UTM WGS 84 zona 49 S) yang tercakup dalam lembar Giriwoyo, lembar peta nomor 1407-644 dengan skala 1 : 12.500 dengan luas daerah 6 x 5 Km2. Secara Geomorfik, daerah telitian dibagi menjadi 3 satuan bentuk asal, yaitu bentuk asal Struktural, bentuk asal Denudasional dan bentukn asal Flufial. Bentuk asal Struktural terdiri dari bentuk lahan Perbukitan Sinklin (S1), bentuk lahan Perbukitan Homoklin (S2) dan bentuk lahan Lembah Homoklin (S3). Bentuk asal Denudasiaonal terdiri dari bentuk lahan Bukit Terkikis (D1). Bentuk asal Fluvial terdiri dari bentuk lahan Dataran Aluvial (F1) dan Tubuh Sungai (F2). Pola pengaliran yang berkembang pada daerah telitian yaitu trellis dengan stadia geomorfologi yang telah mencapai tahapan dewasa. Stratigrafi daerah telitian dari tua ke muda terdiri dari satuan tuff-lapilli Besole, satuan breksi Besole, satuan batupasir-serpih Jaten, satuan batupasir tufan Wuni, satuan batugamping-terumbu-kalsirudit Punung, satuan kalkarenit-kalsilutit Punung, satuan lempung hitam Baturetno dan endapan aluvial. Struktur geologi yang berkembang pada daerah telitian berupa kedudukan lapisan, struktur kekar, sesar turun bengawan solo dengan jenis Normal Slip Fault (Rickard, 1972) yang berarah barat laut-tenggara, sesar mendatar Dungringin dengan jenis Thrust Right Slip Fault (Rickard, 1972) yang berarah barat daya-timur laut dan sinklin Giriwoyo dengan jenis Upright Horizontal Fold (Fluety, 1964). Pada kala Miosen Awal pola high dan low membentuk paleogeografi daerah telitian, hal inilah yang nantinya menjadi kontrol lingkungan pengendapan pada Kala Miosen Tengah. Dari analisa fasies Formasi Punung pada daerah telitian diperoleh adanya dua asosiasi fasies pengendapan pada Formasi ini yaitu : asosiasi fasies “rudstoneboundstone” dan asosiasi fasies ”packstone-wackstone”algae-foram. Asosiasi fasies “rudstone-boundstone” ini merupakan suatu Fringging reef pada lingkungan subtidal on inner shelf (Reeckman & Friedmen, 1982) yang tersusun atas litofasies massive boundstone (Bm) dan massive rudstone (Rm). Asosiasi fasies ”packstonewackstone” algae-foram diendapkan pada lingkungan subtidal on inner shelf vi (Reeckman & Friedmen, 1982) yang tersusun atas litofasies horizontal laminated wackestone (Wh), horizontal laminated packestone (Ph), masivve mudstone (Mm) dan massive boundstone (Bm). Dari analisa fasies Formasi Jaten pada daerah telitian diperoleh adanya dua asosiasi fasies pengendapan pada Formasi ini yaitu : asosiasi fasies mud flats dan asosiasi fasies sand flats. Asosiasi fasies mud flats yang tersusun atas litofasies massive carbonaceous shale (CHm), massive shalestone (SHm), massive coal (Cm). Fasies Sand flats tersusun atas litofasies flaser sandstone (Sfl), ripple cross lamination sandstone (Sr), low angle cross lamination sandstone (Sla), horizontal laminated sandstone (Sh) dan wavy laminated sandstone (Sw). Kedua fasies tersebut diendapkan pada lingkungan intertidal on tidal flat (Dalrymple, 1992 dalam Walker & James, 1992). Kata kunci: fasies, litofasies, Formasi Jaten, Formasi Punung.

Item Type: Thesis (Masters)
Subjects: Q Science > QE Geology
Divisions: Faculty of Engineering, Science and Mathematics > School of Engineering Sciences
Depositing User: Eko Yuli
Date Deposited: 21 Oct 2016 07:42
Last Modified: 21 Oct 2016 07:42
URI: http://eprints.upnyk.ac.id/id/eprint/7915

Actions (login required)

View Item View Item