KETERLIBATAN INGGRIS DALAM INTERVENSI NATO DI LIBYA TAHUN 2011

TAKALAMINGAN, DRISIYE SITA (2015) KETERLIBATAN INGGRIS DALAM INTERVENSI NATO DI LIBYA TAHUN 2011. Other thesis, UPN "Veteran" Yogyakarta.

[img]
Preview
Text
ABSTRAK.pdf

Download (137kB) | Preview

Abstract

INTISARI Pada pertengahan bulan Februari 2011 rakyat Libya mulai memprotes pemerintahan Muammar Khadafi karena tidak adanya demokrasi dalam pemerintahan otoritarian. Aksi protes oleh masyarakat Libya diperparah dengan mencuatnya kembali dendam rakyat pada rezim Khadafi karena peristiwa pembantaian 1.270 orang tahanan di penjara Abu-Salim oleh rezim Khadafi tahun 1996. Momentum perlawanan oleh rakyat Libya kepada rezim yang berkuasa dipicu oleh revolusi berantai di Timur Tengah yang diawali oleh revolusi melati di Tunisia dengan mundurnya Zine El Abidin ( Ben Ali) dan dilanjutkan oleh revolusi Mesir yang berhasil menurunkan Hosni Mubarak. Khadafi merespon dengan serangan militer kepada pihak pemberontak. Respon Khadafi menuai kecaman dari masyarakat internasional dengan dominasi respon dari Inggris. Dampak adanya krisis politik ini nyatanya tak hanya dirasakan oleh masyarakat Libya, tapi juga oleh masyarakat dunia. Dampak yang dirasakan terutama dalam hal pasokan energi minyak dan gas dunia. Banyak perusahaan minyak yang berinvestasi di sana menghentikan produksi. Harga minyak di pasaran dunia pun mengalami kenaikan mencapai 100 U$D/barel. Pada 17 Maret 2011 dikeluarkan resolusi DK PBB 1973 yang diajukan oleh Inggris, Perancis, dan Lebanon. Resolusi ini memberikan dasar bagi dilaksanakannya humanitarian intervention salah satunya karena pemerintah Libya telah banyak menggunakan kekuatan bersenjata untuk meredam demonstrasi secara besar-besaran di Libya. Inggris menuntut diberlakukannya gencatan senjata, memberlakukan no-fly zone dan menggunakan sarana apapun untuk menyelamatkan masyarakat sipil. Keterlibatan Inggris dalam intervensi di Libya dari unsur “integritas teritorial”, “kemakmuran ekonomi” dan “keamanan Militer” adalah unsur yang dominan karena letak Libya yang sangat strategis di Timur Tengah dekat dengan Laut Mediterania yang berseberangan langsung dengan benua Eropa (teritorial), dan memiliki sumber daya minyak dan gas bumi yang melimpah (ekonomi), selain itu Libya merupakan salah satu pintu gerbang dan dekat dengan Timur tengah sehingga Inggris harus memonitoring pergerakan jaringan terorisme yang melalui Libya selain itu kepentingan nasional yang ingin dicapai oleh Inggris. Motivasi Inggris di Libya adalah untuk menurunkan rezim Khadafi karena dengan menurunkan Khadafi Inggris dan negara Barat lainnya dapat dengan leluasa menguasai sumber daya minyak bumi di Libya, seperti yang kita ketahui bahwa faktanya perusahaan minyak British Petroleum (Inggris), Total EP (Perancis), Exxon Mobil (Amerika Serikat) selama masa Khadafi berkuasa tidak dapat berkembang pesat dan mendapat lapangan minyak yang besar (big well field) seperti lapangan Sarir dan Mesla yang bisa menghasilkan 1,6 juta barel per hari, karena kebijakan Khadafi yang kurang menguntungkan pihak Barat dan cenderung mengintervensi perusahaan Barat. Hal ini dibuktikan oleh dimenangkannya tender lapangan minyak oleh Gazprom (Rusia) dan Sonatrach (Aljazair). Selain itu Inggris ingin mengamankan asset vital perminyakan mereka di Libya yang bernilai ratusan juta dollar. Krisis Ekonomi di Eropa juga mendorong Inggris untuk mengusai Libya karena faktanya Inggris membutuhkan dana yang tidak sedikit untuk keluar dari krisis tersebut, hanya dari minyak mentah dari negara kaya seperti Libya yang dapat menghasilkan dana yang cukup besar dan cepat “fresh money” (kepentingan ekonomi), selain itu dengan beroperasinya perusahaan British Petroleum akan membuka lapangan pekerjaan bagi para expariate dari Inggris yang akan menambah devisa/pemasukan bagi Inggris juga. Salah satu bukti fakta yang begitu nyata yaitu “Inggris mendapatkan sejumlah kontrak untuk mengeksplorasi sepertiga dari sumber minyak di Libya dari NTC setelah perang. Kesepakatan tersebut menyepakati pengolahan sekitar 35% minyak mentah Libya kepada Inggris. Menurut penulis Posisi Libya yang sangat strategis merupakan pintu masuk ke benua Afrika merupakan kuncinya, dengan menguasai Libya Inggris dapat mengawasi Negara-negara di kawasan Afrika tersebut (seperti Nigeria, Chad, dan Tunisia). Seperti yang kita ketahui Chad dan Tunisia adalah negara yang juga kaya akan sumber daya alamnya (minyak bumi dan mineral), maka logikanya menurut penulis dengan menguasai Libya Inggris sudah selangkah lebih maju dari negara eropa lainnya untuk menanamkan pengaruhnya di kawasan Afrika dan Arab.

Item Type: Thesis (Other)
Subjects: J Political Science > JZ International relations
Divisions: Faculty of Law, Arts and Social Sciences > School of Social Sciences
Depositing User: Eko Suprapti
Date Deposited: 05 Oct 2016 03:45
Last Modified: 05 Oct 2016 03:45
URI: http://eprints.upnyk.ac.id/id/eprint/7287

Actions (login required)

View Item View Item