Damara, Dio (2015) PENOLAKAN ETNIS MUSLIM TATAR CRIMEA TERHADAP REFERENDUM DI CRIMEA (2014). Other thesis, UPN "Veteran" Yogyakarta.
|
Text
ABSTRAK.pdf Download (7kB) | Preview |
|
|
Text
ABSTRACT.pdf Download (6kB) | Preview |
Abstract
ABSTRAK Perang Dingin telah berakhir dengan hancurnya Uni Soviet menjadi beberapa negara, diantaranya Rusia, Armenia, Georgia, Belarus, Kazakhstan, Turkmenistan, Estonia, Latvia, Lithuania, Moldova, Kyrgizstan, Uzbekistan, Tadzikistan, Azerbaijan, dan Ukraina. Namun, konflik yang terjadi tidak hanya berhenti dengan pecahnya Uni Soviet ini, di negara–negara yang baru terbentuk juga terjadi konflik seperti yang terjadi di Crimea, Ukraina. Sejarah sosial politik Crimea yang cenderung ke Rusia membuat masyarakat Crimea menginginkan kembali bergabung dengan Rusia. Referendum yang diadakan pada 16 Maret 2014, telah menghasilkan keputusan bahwa 96,7% suara menginginkan bergabung dengan Rusia. Namun, tidak semua warga Crimea ingin menjadi bagian dari Rusia. Etnis Muslim Tatar Crimea menolak hasil referendum dan ingin tetap menjadi bagian dari Ukraina. Rumusan masalah dari skripsi ini yaitu mengapa etnis Tatar Crimea menolak hasil referendum di Crimea. Untuk meneliti dan mempertajam analisis penelitian dalam skripsi ini, kerangka pemikiran yang digunakan adalah teori konflik Johan Galtung serta konsep self–determination yang dirumuskan dalam Piagam PBB. Metodologi penelitian yang digunakan dalam skripsi ini adalah metode deskriptif kualitatif. Sumber data yang digunakan untuk penyusunan skripsi ini adalah menggunakan teknik penelitian kepustakaan (Library Research) dimana data yang diperoleh melalui buku, skripsi, jurnal, majalah, artikel, websites internet, serta sumber–sumber tertulis lainnya. Pembahasan dari skripsi ini tersusun atas beberapa bab, yang pertama, yaitu menggambarkan tentang profil dan dinamika konflik di Crimea. Kedua, yaitu menjelaskan alasan penolakan Tatar Crimea terhadap referendum serta memuat respon–respon internasional atas referendum tersebut. Ketiga, yaitu menjelaskan maksud dari tuntutan otonomi khusus yang diinginkan Tatar Crimea kepada Rusia pasca referendum. Berdasarkan bukti empiris ini, sudah seharusnya Tatar Crimea memperoleh hak self–determination di Crimea dari Rusia. Rusia harus mempertimbangkan untuk memberikan otonomi khusus kepada Tatar Crimea agar mereka tidak lagi jadi korban diskriminasi oleh Rusia seperti masa lalu. ABSTRACT The Cold War ended with the collapse of the Soviet Union into several countries, including Russia, Armenia, Georgia, Belarus, Kazakhstan, Turkmenistan, Estonia, Latvia, Lithuania, Moldova, Kyrgizstan, Uzbekistan, Tadzikistan, Azerbaijan, and Ukraine. However, the conflict does not just stop with the breakup of the Soviet Union, has emerged conflicts in countries newly formed, as in Crimea, Ukraine. Social and political history of Crimea are inclined to Russia, make people want to return to join Russia. Referendum held on March 16, 2014, has resulted in a decision that 96.7% of the vote want to join Russia. But, does not all residents of Crimea wants to be a part of Russia. Crimean Tatars reject the referendum result and want to remain a part of Ukraine. Formulation of the problem of this undergraduate thesis is why ethnic Crimean Tatars rejected the Crimea referendum results. To examine and refine the analysis of research in this undergraduate thesis, the framework used is a conflict theory of Johan Galtung and the concept of self–determination in the UN Charter. The research methodology used in this undergraduate thesis is a qualitative descriptive method. Source of data used for the preparation of this paper is to use the technique of library research, data obtained through books, theses, journals, magazines, articles, internet websites, and other written sources. The contents of this undergraduate thesis is composed of several chapters, the first, which describes the profile and dynamics of conflict in the Crimea. Second, that explains the above reasons the Crimean Tatars reject the referendum and shall contain international responses on the referendum. Third, that explains the Crimean Tatar autonomy demand to Russia after the referendum. Based on this empirical evidence, the Crimean Tatars should acquire the right of self–determination in the Crimea from Russia. Russia should consider giving autonomy to the Crimean Tatars so that they will no longer be a victim of discrimination by Russia as in the past.
Item Type: | Thesis (Other) |
---|---|
Subjects: | J Political Science > JZ International relations |
Divisions: | Faculty of Law, Arts and Social Sciences > School of Social Sciences |
Depositing User: | Eko Suprapti |
Date Deposited: | 04 Oct 2016 06:33 |
Last Modified: | 04 Oct 2016 06:33 |
URI: | http://eprints.upnyk.ac.id/id/eprint/7218 |
Actions (login required)
View Item |