Meinaldy P, Ega (2015) GEOLOGI DAN ANALISIS HUBUNGAN KADAR EMAS DAN PERAK BERDASARKAN ASPEK DOMAIN, TEKSTUR BIJIH DAN BATUAN SAMPING, DAERAH GUNUNG PONGKOR DAN SEKITARNYA, KECAMATAN NANGGUNG, KABUPATEN BOGOR, PROVINSI JAWA BARAT. Other thesis, UPN "Veteran" Yogyakarta.
|
Text
ABSTRAK.pdf Download (309kB) | Preview |
Abstract
Daerah telitian berada di gunung Pongkor, yang secara administratif terletak di dalam wilayah Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Secara geografis daerah telitian terletak pada zona UTM 48S dengan koordinat X : 671130,485 mT – 674130,485 mT dan Y : 9260679,537 mU – 9263679,537 mU, dengan tiga lokasi tambang Ciurug, Kubang Kicau, dan Ciguha. Metode penelitian yang dilakukan adalah pengambilan data dari underground mine, dan sebagian data diperoleh dari pihak sponsor. Berdasarkan aspek-aspek geomorfologi, maka bentuklahan yang terdapat di daerah penelitian dapat dibagi menjadi 4 satuan bentuklahan, yaitu Tubuh Sungai (F1), Perbukitan Vulkanik (V1), Gawir Sesar (S1), dan Lembah Struktural (S2). Dari peta geologi daerah gunung Pongkor dan sekitarnya, terdapat 4 satuan batuan yang hadir pada daerah telitian. Satuan batuan yang termasuk kedalam komplek gunung Pongkor dari yang paling tua ke muda adalah satuan tuf Pongkor (Tmpt), satuan breksi Pongkor (Tmpbv), satuan lava andesitik (Tmplv), dan satuan tuf-lapili Pongkor (Tmptl). Dijumpai juga Satuan intrusi andesit (Tmpia) yang menerobos hingga Satuan tuf-lapili Pongkor dari hasil kesebandingan satuan batuan. Semua satuan batuan berumur miosen hingga pliosen. Struktur geologi yang hadir pada daerah telitian adalah sesar mendatar kanan normal Ciurug (SENW), sesar mendatar kiri Cikaniki (N-S), dan sesar naik Cihiris (W-E). adapun sesar normal kiri Kubang Kicau (NNW-SSE), sesar mendatar kanan normal Ciguha (SE-NW), dan sesar normal kiri Ciurug (NW-SE) yang berkembang menjadi urat. Berdasarkan himpunan mineral yang dijumpai di lapangan dan bor inti, terdapat tiga zonasi alterasi yaitu zona alterasi argilik (ilit – montmorilonit – smektit – kaolinit – kuarsa ± klorit), zona alterasi filik (kuarsa – serisit – pirit – feldspar ± klorit ± adularia) dan zona alterasi propilitik (klorit – kalsit – epidot – kuarsa ± adularia). Berdasarkan parameter – parameter yang dijumpai pada daerah telitian, maka tipe endapan hidrotermal pada daerah telitian adalah termasuk ke dalam tipe endapan epitermal sulfidasi rendah (epithermal low-sulphidation). Pada daerah telitian dijumpai 4 fasies stadia pengendapan urat. Fasies tersebut adalah Carbonate Quartz Facies (CQ Facies), Manganese Oxide Quartz Facies (MOQ Facies), Banded Opaline Quartz Facies (BOQ Facies), dan Grey Sulphide Quartz (GSQ Facies). Kehadiran 4 fasies tersebut mencirikan terjadinya pengisian fluida hidrotermal berulang kali (multistage vein fill). Kehadiran tekstur pada daerah telitian amat beragam. Namun yang memiliki hubungan langsung dengan kadar emas dan perak adalah tekstur tumbuh primer yaitu colloform band, crustiform band, dan moss. Akan tetapi pengaruh tekstur tersebut tidak sama terhadap masing masing fasies urat. Selain itu himpunan mineral (domain), jenis batuan dan alterasi pun ikut berpengaruh dalam perubahan kadar emas dan perak. Kata Kunci: Emas, Fasies Urat, Alterasi, Mineralisasi, Epithermal Low- Sulphidation, Tekstur.
Item Type: | Thesis (Other) |
---|---|
Subjects: | Q Science > QE Geology |
Divisions: | Faculty of Engineering, Science and Mathematics > School of Engineering Sciences |
Depositing User: | Eny Suparny |
Date Deposited: | 10 May 2016 04:58 |
Last Modified: | 18 May 2016 02:38 |
URI: | http://eprints.upnyk.ac.id/id/eprint/512 |
Actions (login required)
View Item |