Bima Marbun, . (2025) ANALISIS LAJU SUBSIDENSI GAMBUT DI AREA HUTAN TANAM INDUSTRI AKIBAT PENURUNAN MUKA AIR TANAH PADA DISTRIK I PT. WIRAKARYA SAKTI, PROVINSI JAMBI. Skripsi thesis, Universitas Pembangunan Nasional Veteran Yogyakarta.
|
Text
114210068_Bima Marbun_Cover.pdf Download (175kB) |
|
|
Text
114210068_Bima Marbun_Skripsi Fulltext_abstrak.pdf Download (284kB) |
|
|
Text
Halsah Bima Marbun.pdf Download (154kB) |
|
|
Text
114210068_Bima Marbun_Skripsi Fulltext_Daftar Isi.pdf Download (167kB) |
|
|
Text
114210068_Bima Marbun_Skripsi Fulltext_Daftar Pustaka.pdf Download (271kB) |
|
|
Text
114210068_Bima Marbun.pdf Restricted to Repository staff only Download (11MB) |
Abstract
Lahan gambut merupakan ekosistem yang sangat rentan terhadap degradasi, khususnya melalui proses subsidensi yang dipicu oleh gangguan hidrologis. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis laju subsidensi pada dua tipe penggunaan lahan yang berbeda, yaitu hutan terdegradasi dan area tanaman industri Acacia crassicarpa, di Distrik I PT Wirakarya Sakti, serta memberikan arahan pengelolaan berkelanjutan guna meminimalkan dampak subsidensi. Perhitungan laju subsidensi gambut dalam pengelolaan Hutan Tanaman Industri (HTI) penting untuk menilai dampak ekologis secara akurat. Subsidensi terjadi akibat penurunan permukaan tanah yang dipicu oleh pengeringan kanal, penyusutan gambut, dan oksidasi biologis.
Metode menggunakan pendekatan kualitatif meliputi pengukuran langsung menggunakan patok subsiden dari Oktober 2024 hingga Maret 2025 dan pendekatan matematis melalui perhitungan regresi berbasis kedalaman muka air tanah. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa penurunan permukaan tanah selama enam bulan relatif serupa pada kedua tipe lahan, yaitu antara 1,2 hingga 1,4 cm. Namun, perhitungan laju subsidensi tahunan menunjukkan perbedaan yang signifikan, di mana hutan terdegradasi mengalami subsidensi sebesar 2,773 cm/tahun, sedangkan area Acacia crassicarpa sebesar 2,084 cm/tahun. Selisih sebesar 0,689 cm/tahun ini menunjukkan bahwa lahan hutan terdegradasi memiliki tingkat subsidensi yang lebih tinggi, diduga akibat tingginya laju dekomposisi bahan organik dan minimnya pengelolaan tata air. Analisis volume kehilangan gambut menunjukkan bahwa meskipun hutan terdegradasi hanya kehilangan 5,454 cm³ akibat oksidasi, area Acacia crassicarpa mengalami kehilangan yang jauh lebih besar, yaitu 7,000 cm³ akibat oksidasi dan 36,473 cm³ akibat proses kompaksi.
Sebagai upaya mitigasi, disarankan strategi pengelolaan terpadu yang meliputi restorasi vegetasi menggunakan spesies asli dan bernilai konservasi seperti sagu (Metroxylon spp), gelam (Melaleuca spp), jelutung (Dyera polyphylla), blengeran (Shorea balangeran), dan gaharu (Aquilaria spp), yang memiliki toleransi tinggi terhadap kondisi lahan basah dan tergenang. Selain itu, penerapan sekat kanal dua lapis dengan bahan isian gambut atau tanah mineral direkomendasikan untuk meningkatkan muka air tanah serta mengurangi laju oksidasi. Kombinasi antara pendekatan vegetatif dan mekanis ini dinilai efektif dalam mendukung keberlanjutan lanskap gambut dan mencegah kerusakan ekologis lebih lanjut akibat subsidensi.
Kata kunci: Lahan gambut, subsidensi, hutan terdegradasi, Acacia crassicarpa
| Item Type: | Tugas Akhir (Skripsi) |
|---|---|
| Additional Information: | BIMA MARBUN (Pnulis - 114210068) ; Nandra Eko Nugroho (Pembimbing) |
| Uncontrolled Keywords: | Lahan gambut, subsidensi, hutan terdegradasi, Acacia crassicarpa |
| Subjek: | T Technology > TA Engineering (General). Civil engineering (General) T Technology > TD Environmental technology. Sanitary engineering |
| Divisions: | Fakultas Teknologi Mineral dan Energi > (S1) Teknik Lingkungan |
| Depositing User: | Bayu Pambudi |
| Date Deposited: | 27 Oct 2025 04:55 |
| Last Modified: | 27 Oct 2025 04:55 |
| URI: | http://eprints.upnyk.ac.id/id/eprint/45017 |
Actions (login required)
![]() |
View Item |
