STUDI PENGARUH UKURAN BIJIH DAN AGLOMERASI TERHADAP PERSEN EKSTRAKSI EMAS, PERAK, DAN TEMBAGA PADA PROSES SIANIDASI DENGAN METODE UJI KOLOM

KANIGARA, DIVA (2024) STUDI PENGARUH UKURAN BIJIH DAN AGLOMERASI TERHADAP PERSEN EKSTRAKSI EMAS, PERAK, DAN TEMBAGA PADA PROSES SIANIDASI DENGAN METODE UJI KOLOM. Other thesis, UPN "Veteran" Yogyakarta.

[thumbnail of 1. Skripsi Fulltext_116200024_Diva Kanigara.pdf] Text
1. Skripsi Fulltext_116200024_Diva Kanigara.pdf
Restricted to Repository staff only

Download (6MB)
[thumbnail of 2. Cover_116200024_Diva Kanigara.pdf] Text
2. Cover_116200024_Diva Kanigara.pdf

Download (243kB)
[thumbnail of 3. Abstrak_116200024_Diva Kanigara.pdf] Text
3. Abstrak_116200024_Diva Kanigara.pdf

Download (284kB)
[thumbnail of 4. Lembar Pengesahan_116200024_Diva Kanigara.pdf] Text
4. Lembar Pengesahan_116200024_Diva Kanigara.pdf

Download (487kB)
[thumbnail of 5. Daftar Isi_116200024_Diva Kanigara.pdf] Text
5. Daftar Isi_116200024_Diva Kanigara.pdf

Download (252kB)
[thumbnail of 6. Daftar Pustaka_116200024_Diva Kanigara.pdf] Text
6. Daftar Pustaka_116200024_Diva Kanigara.pdf

Download (242kB)

Abstract

Proses sianidasi sudah digunakan secara luas pada industri pengolahan emas, salah satu
metode yang digunakan yaitu heap leaching. Heap leaching mempunyai keunggulan pada
biaya operasional yang rendah. Salah satunya adalah karena tidak diperlukannya proses
grinding. Metode pengujian yang digunakan pada heap leaching adalah uji kolom.
Penelitian ini mempelajari pengaruh ukuran bijih (P100 12,5 dan P100 26,5 mm) dan
aglomerasi terhadap laju perkolasi dan persen ekstraksi emas, perak, tembaga, serta
pengendali laju reaksi pelindian. Analisis data pada penelitian ini menggunakan metode
statistika, T-test. Karakterisasi bijih dilakukan dengan pengujian X-Ray Diffraction (XRD),
X-Ray Flourescence (XRF), Atomic Adsorption Spectrophotometer (AAS). Penelitian ini
menggunakan 2 sampel bijih emas yang diberi kode A dan B. Sampel bijih A dan B
dilakukan diagnostic leaching untuk mengetahui asosiasi mineral Au, Ag, dan Cu. Uji
perkolasi dilakukan pada setiap variasi percobaan, meliputi slump dan flow rate test. Hal
tersebut bertujuan untuk melihat karakteristik sampel sebelum dilakukan pelindian uji
kolom, dengan mengacu pada metode kappes percolation test. Pelindian dengan uji kolom
dilakukan dalam suatu pipa paralon hingga kandungan logam Au di PLS stabil. Mineral
yang dominan pada sampelA dan B adalah kuarsa (SiO2). Au pada sampel A dan B sebagian
besar dalam bentuk free gold dengan persentase 90% dan 77%. Pengujian laju perkolasi
dilakukan pada sampel A dan B ukuran P100 26,5 dan P100 12,5 mm. Diperoleh hasil laju
perkolasi sampel A dan B pada ukuran tersebut masing-masing sebesar 30.017 & 2.511
L/m2
/h dan 28.636 & 6.818 L/m2
/h. Sedangkan, laju perkolasi dengan dan tanpa dilakukan
aglomerasi sampel A ukuran P100 26,5 mm adalah 55.496 dan 30.017 L/m2
/h serta sampel
B adalah 51.877 dan 28.636 L/m2
/h. Laju perkolasi lebih cepat pada ukuran bijih yang lebih
besar dan pada sampel yang dilakukan aglomerasi. Persen ekstraksi logam sampel A pada
ukuran P100 26,5 mm dan P100 12,5 mm tanpa aglomerasi masing-masing sebesar 85,07%
Au; 12,78% Ag; 9,64% Cu; dan 84,27% Au; 24,20% Ag; 19,96% Cu. Persen ekstraksi
logam sampel B pada ukuran P100 26,5 mm dan P100 12,5 mm tanpa aglomerasi masing�masing sebesar 78,95% Au; 15,20% Ag; 12,17% Cu dan 80,27% Au; 21,81% Ag; 16,69%
Cu. Sedangkan persen ekstraksi pada sampel A dan B ukuran P100 26,5 mm dengan
aglomerasi masing-masing sebesar 80,41% Au; 7,25% Ag; 12,55% Cu dan 76,03% Au;
10,51% Ag; 11,15% Cu. Secara umum, persen ekstraksi Au, Ag, dan Cu lebih besar pada
ukuran bijih yang lebih kecil dan pada sampel yang tidak dilakukan aglomerasi. T-test
menunjukan ukuran bijih yang lebih kecil efektif meningkatkan persen ekstraksi untuk Ag
dan Cu. Namun, tidak untuk Au. T-test juga menyimpulkan aglomerasi tidak efektif untuk
meningkatkan persen ekstraksi Au dan Ag. Namun, tidak untuk Cu. Pengendali laju reaksi
pada heap leaching untuk logam Au dan Ag adalah difusi lapisan film dan difusi reaksi
antarmuka, serta untuk Cu adalah difusi lapisan padat tidak bereaksi. Keputusan untuk
melakukan aglomerasi harus didasarkan pada evaluasi yang tepat terhadap karakteristik
fisik, kimia, dan mineralogi dari bijih. Pada sampel ini dosis binder yang terlalu tinggi dan
moisture yang rendah diduga menjadi penyebab tidak optimalnya proses aglomerasi.
Penyebab lainnya adalah kandungan clay yang rendah, sedangkan aglomerasi merupakan
terobosan teknis yang ekonomis untuk bijih yang mengandung clay tinggi.
Kata Kunci : Sianidasi, Ukuran bijih, Aglomerasi, Perkolasi, Uji Kolom.

Item Type: Thesis (Other)
Uncontrolled Keywords: Sianidasi, Ukuran bijih, Aglomerasi, Perkolasi, Uji Kolom
Subjects: T Technology > TN Mining engineering. Metallurgy
Divisions: Faculty of Engineering, Science and Mathematics > School of Engineering Sciences
Depositing User: A.Md.SI Indah Lestari Wulan Aji
Date Deposited: 29 Aug 2024 03:59
Last Modified: 29 Aug 2024 03:59
URI: http://eprints.upnyk.ac.id/id/eprint/40881

Actions (login required)

View Item View Item