ANALISIS PENGUJIAN PANAS DAN SUARA PADA BATA RINGAN CELLULAR LIGHTWEIGHT CONCRETE DARI FLY ASH DAN BOTTOM ASH BATUBARA

PARDEDE, REMALDW (2024) ANALISIS PENGUJIAN PANAS DAN SUARA PADA BATA RINGAN CELLULAR LIGHTWEIGHT CONCRETE DARI FLY ASH DAN BOTTOM ASH BATUBARA. Other thesis, UPN Veteran Yogyajarta.

	Text 1. Cover Skripsi.pdf Download (55kB)
	Text 2. Lembar Pengesahan.pdf Download (734kB)
	Text 3. Abstrak.pdf Download (14kB)
	Text 4. daftar isi.pdf Download (32kB)
	Text 5. Daftar Pustaka.pdf Download (75kB)
	Text 6. Draft.pdf Restricted to Repository staff only Download (2MB)

Abstract

v
RINGKASAN
Menurut Kementerian ESDM, Indonesia memiliki 253 PLTU. Banyaknya
PLTU yang beroperasi sejalan dengan banyaknya limbah pembakaran batubara
yang dihasilkan, berupa fly ash dan bottom ash. salah satunya PLTU Tanjung Jati
B, Jepara yang menyisahkan limbah fly ash dan bottom ash sebesar 30.000 ton tiap
bulan dan bottom ash sebesar 5.000 ton tiap bulannya. Limbah fly ash dan bottom
ash yang tidak dimanfaatkan dengan baik hanya akan menumpuk dan menjadi
beban lingkungan. Untuk mengatasi hal tersebut, penelitian ini dilakukan. Limbah
yang dihasilkan dimanfaatkan sebagai pengganti agregrat halus dalam pembuatan
bata ringan. Bata ringan sebagai produk hasil penelitian merupakan bata ringan
jenis Cellular Lightweight Concrete (CLC).
Metodologi penelitian menggunakan metode ekperimental yang dilakukan
dilaboratorium dengan membuat bata ringan CLC dengan variasi komposisi semen,
fly ash, bottom ash, dan pasir. Perbandingan semen dan agregat halus yang
digunakan adalah 1:3, dengan variasi agregat halus P (100% pasir),
F (100% fly ash), B (100% bottom ash), F1B1 (50% fly ash dan bottom ash), F1B2
(33% fly ash, 67% bottom ash), F1B3 (25% fly ash dan 75% bottom ash), F2B1
(67% fly ash dan 33% bottom ash), dan F3B1 (25% fly ash dan 75% bottom ash).
Parameter data yang digunakan dalam analisis berupa hasil pengujian panas selama
5 menit, 10 menit, 15 menit kemudian pengujian densitas, serap suara, dan
penyerapan air yang dilakukan pada saat umur bata ringan CLC 14, 28, dan 35 hari.
Umur conto berbanding lurus dengan ketahanan panas dan penyerapan air,
tetapi berbanding terbalik dengan densitas dan serap suara. Pada pengujian ini bisa
diketahui bahwa semakin banyak fly ash sebagai agregat ringan pada campuran bata
ringan, maka akan memiliki densitas dan kemampuan tahan panas yang dihasilkan
ketika menerima tembakan itu semakin rendah. Semakin besar komposisi pasir,
maka koefisien serap suara dan penyerapan air semakin rendah. Pada usia conto
35 hari, komposisi P menunjukkan distribusi menerima panas paling rendah
(menerima 483°C, sisi berlawanan 33,3°C) dan penyerapan air terendah (10,54%).
Komposisi F memiliki distribusi panas paling tinggi (menerima 505,3°C, sisi
berlawanan 35°C) dan densitas paling rendah (1,31 g/cm2). Koefisien serap suara
paling tinggi dihasilkan F (0,2202) dan paling rendah variasi P (0,1363).
vi
SUMMARY
According to the Ministry of Energy and Mineral Resources, Indonesia has
253 PLTU. The number of PLTUs operating is in line with the large amount of coal
burning waste produced, in the form of fly ash and bottom ash. one of them is PLTU
Tanjung Jati B, Jepara, which produces 30,000 tons of fly ash and bottom ash waste
per month and 5,000 tons of bottom ash per month. Fly ash and bottom ash waste
that is not utilized properly will only accumulate and become a burden on the
environment. To overcome this, this research was conducted. The resulting waste
is used as a substitute for fine aggregate in making lightweight bricks. The
lightweight brick as a research product is a Cellular Lightweight Concrete (CLC)
type of lightweight brick.
The research methodology uses experimental methods carried out in the
laboratory by making CLC lightweight bricks with variations in the composition of
cement, fly ash, bottom ash and sand. The ratio of cement and fine aggregate used
is 1:3, with variations in fine aggregate P (100% sand),
F (100% fly ash), B (100% bottom ash), F1B1 (50% fly ash and bottom ash),
F1B2 (33% fly ash, 67% bottom ash), F1B3 (25% fly ash and 75% bottom ash),
F2B1 (67% fly ash and 33% bottom ash), and F3B1 (25% fly ash and 75% bottom
ash). The data parameters used in the analysis are the results of heat tests for 5
minutes, 10 minutes, 15 minutes, then density, sound absorption and water
absorption tests carried out when the CLC lightweight bricks are
14, 28 and 35 days old.
Sample life is directly proportional to heat resistance and water absorption,
but inversely proportional to density and sound absorption. In this test it can be
seen that the more fly ash as a light aggregate in the light brick mixture, the lower
the density and heat resistance ability produced when receiving the shot. The
greater the sand composition, the lower the sound absorption and water absorption
coefficients. At the age of the example
35 days, the P composition shows the distribution of receiving the lowest heat
(receiving 483°C, opposite side 33.3°C) and the lowest water absorption (10,54%).
Composition F has the highest heat distribution (receptive 505,3°C, opposite side
35°C) and the lowest density (1.31 g/cm2). The highest sound absorption coefficient
was F (0,2202) and the lowest variation was P (0,1363).

Item Type:	Thesis (Other)
Subjects:	T Technology > TA Engineering (General). Civil engineering (General)
Divisions:	Faculty of Engineering, Science and Mathematics > School of Engineering Sciences
Depositing User:	Eko Yuli
Date Deposited:	06 May 2024 04:00
Last Modified:	06 May 2024 04:00
URI:	http://eprints.upnyk.ac.id/id/eprint/39395

Actions (login required)

View Item