Erinda, Resta (2011) Tujuan pembentukan SAFTA (South Asian Free Trade Area ). Other thesis, UPN "VETERAN" YOGYAKARTA.
|
Text
resume skripsi.pdf Download (56kB) | Preview |
Abstract
SAFTA merupakan agenda perdagangan bebas negara - negara Asia Selatan yang berhasil diratifikasi pada bu l an Januari 2004. keberadaanya tidak lepas dari dinamika perdagangan internasional yang menekankan pada penghapusan hambatan - hambatan perdagangan yang telah ada sejak awal dekade 1970 - an. Wacana mengenai perdagangan bebas masuk ke wilayah Asia Selatan pada akhir dekade 1990 - an. Agenda ini menimbul kan masalah dilematis karena karakteristik negara - negara di wilayah Asia Selatan terbagi atas dua kelompok, yaitu negara - negara dengan perekonomian kuat, seperti halnya India dan Pakistan dan kelompok negara berperekonomian menengah - lemah, antara lain Bhut an, Maladewa, Nepal dan bebeberapa negara Asia Selatan lainnya. Sejak dekade 1990 - an sebelum digulirkannya SAFTA wilayah Asia Selatan memang memiliki peranan penting dalam dinamika perekonomian dan perdagangan internasional, yaitu sebagai pangsa pasar pot ensial karena banyaknya jumlah penduduk dan sebagai pemasok bahan baku (bahan mentah) atas industri - industri maju dunia. Disin i lah ratifikasi SAFTA menjadi talik - ulur negara - negara Asia Selatan dalam rangka ikut berpartisipasi dalam rezim perdagangan inter nasional (perdagangan bebas). Pada akhirnya pada tanggal 6 Januari 2004 SAFTA berhasil diratifikasi oleh seluruh negara Asia Selatan melalui penanandatanganan seluruh menteri luar negeri di ibukota Islamabad - Pakistan. Keberadaan menteri luar negeri sebagai inisiator sekaligus ratifikator karena memungkinkan untuk mengevaluasi dengan mudah. SAFTA bukan merupakan rezim perdagangan bebas regional yang terwujud dalam sekali pembicaraan, namun melalui tahapan - tahapan yang sistemis. Dengan pembicaraan tingkat men teri luar negeri, maka SAFTA akan dapat dengan mudah dikoordinasikan dengan berbagai elemen - elemen negara yang bersangkutan.Apabila ditinjau dari subyeknya, yaitu negara - negara Asia Selatan sendiri, tujuan pembentukan SAFTA adalah untuk mendukung keuntun gan timbal - balik. Perdagangan bebas regional Asia Selatan telah menyebabkan munculnya persoalan dilematis, yaitu kesenjangan perdagangan ( gap of trade ) negara - negara berperekonomian kuat, seperti halnya India dan Pakistan memiliki infrastruktur yang lebih maju yang memungkinkan untuk mengolah produk mentah menjadi barang jadi dan setengah jadi. Di lain pihak kelompok negara - negara berperekonomian lemah Asia Selatan belum memiliki infrastruktur yang kuat untuk mendapatkan nilai tambah pada bidang perdaganga n. Kemudian motivasi selanjutnya adalah untuk mendapatkan keuntungan maksimal. Dengan diberlakukannya SAFTA negara - negara Asia Selatan, antara kelompok maju dan menengah - lemah dapat berkolaborasi dengan membangun sistem kerjasama yang adil untuk mendukung pencapaian keuntungan maksimal. Mekanisme yang dijalankan antara lain dengan membangun sistem produsi bersama, sehingga negara - negara Asia Selatan dapat memodifikasi produk sedemikian rupa untuk kemudian diedarkan keluar negara - negara Asia Selatan, bukan antar satu negara Asia Selatan dengan negara lainnya di dunia. Apabila dikaitkan dengan pendekatan pada kerangka upaya - upaya negara Asia Selatan adalah untuk mendekatkan diri dalam integrasi ekonomi kewilayahan dalam menghadapi kondisi dinamika perekonomi an internasional yang berbuah mengarah ke pasar bebas. Kemudian tujuan dibentuknya SAFTA oleh negara - negara Asia Selatan selanjutnya adalah untuk mendukung negosiasi dan reformasi perdagangan secara bertahap. Perdagangan bebas telah menyebabkan dampak dil ematis, terdapat negara - negara yang sudah siap karena struktur perekonomian dan perdagangan yang maju, namun terdapat juga negara - negara Asia Selatan yang memiliki sistem tradisional yang dikhawatirkan akan terkena dampak negatif dari agenda perdagangan be bas akibat lemahnya sistem proteksi. T ujuan yang terakhir adalah sebagai upaya dalam mewujudkan kebutuhan khusus dan menghindari kesenjangan antara negara - negara Asia Selatan sendiri. Beberapa negara Asia Selatan memiliki produk - produk yang ‘oversuplay’, misalnya Maladewa dengan komoditas kelapa dan ikan segar, India dengan mesin berat dan tekstil dan lain - lainnya. dengan pengolahan internal di wilayah Asia Selatan sendiri, nantinya akan dapat men ghindari kesenjangan, semuanya akan diuraikan pada penelitia n ini
Item Type: | Thesis (Other) |
---|---|
Subjects: | J Political Science > JQ Political institutions Asia |
Depositing User: | Muji Isambina |
Date Deposited: | 09 Jun 2016 06:35 |
Last Modified: | 09 Jun 2016 06:35 |
URI: | http://eprints.upnyk.ac.id/id/eprint/3465 |
Actions (login required)
View Item |