PENGARUH METODE PENGGALIAN NATM TERHADAP KESTABILAN TEROWONGAN GANDA CISUMDAWU DI KABUPATEN SUMEDANG PROVINSI JAWA BARAT

ATMAJA, DIKA PANDU (2019) PENGARUH METODE PENGGALIAN NATM TERHADAP KESTABILAN TEROWONGAN GANDA CISUMDAWU DI KABUPATEN SUMEDANG PROVINSI JAWA BARAT. Other thesis, Universitas Pembangunan Nasional Veteran Yogyakarta.

[img]
Preview
Text
Cover.pdf

Download (221kB) | Preview
[img]
Preview
Text
Halaman Pengesahan.pdf

Download (45kB) | Preview
[img]
Preview
Text
Abstrak.pdf

Download (170kB) | Preview
[img]
Preview
Text
Daftar.pdf

Download (295kB) | Preview

Abstract

RINGKASAN Terowongan Ganda Cisumdawu merupakan proyek pemerintah dengan desain infrastruktur baru di Indonesia. Terowongan tersebut digunakan sebagai pra-sarana transportasi lalu lintas yang berlokasi di Kabupaten Sumedang Provinsi Jawa Barat. Terowongan Cisumdawu menggunakan metode penggalian New Austrian Tunneling Method (NATM) dengan sequence penggalian 3 bench 7 step. Pemilihan metode tersebut dikarenakan karakteristik daerah penggalian secara umum tergolong tanah keras. Penggalian terowongan Cisumdawu membuat terjadinya redistribusi tegangan. Disamping itu, penggalian terowongan ganda juga mempengaruhi distribusi tegangan dan nilai perpindahan. Berdasarkan data monitoring terowongan Cisumdawu sebelum dipasang penyangga mengalami deformasi/perpindahan + 60 mm. Perpindahan tersebut apabila berdasarkan nilai batas strength factor diperoleh nilai < 1,3 yang dianggap dalam kondisi tidak stabil. Salah satu faktor yang dapat membuat terowongan menjadi tidak stabil adalah pengaruh dari perubahan tegangan in-situ. Sehingga, perlu dilakukan analisis terhadap kejadian tersebut. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa terowongan kanan mengalami total perpindahan dan distribusi tegangan yang lebih besar daripada terowongan kiri hal tersebut terjadi kerena kondisi terowongan kanan lebih dekat terhadap permukaan. Berdasarkan nilai strength factor penggunaan penyangga sementara pada terowongan berperan dalam menurunkan deformasi hingga + 80 % atau menjadi 2 mm – 20 mm di setiap sequence penggalian. Selanjutnya, hasil penelitian pada tegangan in-situ diperoleh bahwa apabila terjadi peningkatan terhadap tegangan in-situ dapat menurunkan nilai strength factor. Sehingga, penurunan yang terjadi dapat membuat terowongan menjadi tidak stabil. Berdasarkan hasil penelitian diatas perlu dilakukan kajian terhadap kapasitas penyangga yang digunakan. Hal tersebut dimaksudkan untuk mengevaluasi penyangga sementara apabila terjadi kegagalan penyangga. Selanjutnya, perlu dilakukan kajian lebih detail terkait pengaruh tegangan in-situ dan kajian terhadap karakteristik tanah lebih terperinci. Kata Kunci : Sequence, perpindahan, strength factor, tegangan in-situ, kestabilan

Item Type: Thesis (Other)
Subjects: T Technology > T Technology (General)
Divisions: Faculty of Engineering, Science and Mathematics > School of Engineering Sciences
Depositing User: Basir Umaryadi
Date Deposited: 02 Apr 2019 03:07
Last Modified: 02 Apr 2019 03:07
URI: http://eprints.upnyk.ac.id/id/eprint/19026

Actions (login required)

View Item View Item