KAJIAN PENERAPAN AERATED DRILLING PADA PEMBORAN TRAYEK 12 1/4” SUMUR “TMR-01” LAPANGAN PANASBUMI “TMR” PT. PERTAMINA GEOTHERMAL ENERGY

TIMUR, TRI MARTHOYO (2018) KAJIAN PENERAPAN AERATED DRILLING PADA PEMBORAN TRAYEK 12 1/4” SUMUR “TMR-01” LAPANGAN PANASBUMI “TMR” PT. PERTAMINA GEOTHERMAL ENERGY. Other thesis, UPN "Veteran" Yogyakarta.

[thumbnail of COVER (113120096).pdf]
Preview
Text
COVER (113120096).pdf

Download (318kB) | Preview
[thumbnail of Abstrak (113120096).pdf]
Preview
Text
Abstrak (113120096).pdf

Download (290kB) | Preview
[thumbnail of Pengesahan (113120096).pdf]
Preview
Text
Pengesahan (113120096).pdf

Download (126kB) | Preview
[thumbnail of Daftar Isi (113120096).pdf]
Preview
Text
Daftar Isi (113120096).pdf

Download (220kB) | Preview
[thumbnail of daftar pustaka.pdf] Text
daftar pustaka.pdf

Download (18kB)

Abstract

Saat pahat menggerus formasi dan penetrasi terjadi akibat pembebanan diatasnya, maka produk dari proses penggerusan ini harus segera dijauhkan agar tidak terjadi proses penggerusan ulang (regrinding), Fungsi inilah yang menjadikan suatu sistem sirkulasi memiliki peran penting dalam suatu operasi pemboran. Pengangkatan cutting yang baik akan menjadikan pahat dapat terus menembus formasi yang baru dan juga menghindari problem seperti terjepitnya pipa dan juga torsi yang tinggi. Namun hal ini akan sulit dilakukan karena pada umumnya reservoir panasbumi memiliki tekanan lebih rendah dari kolom hydrostatic pressure air dan terdapat zona rekahan disepanjang proses pemboran yang dilakukan. Fluida pemboran yang ditujukan membawa cutting akan memiliki kecenderungan untuk masuk kedalam rekahan (loss circulation) dan pengangkatan cutting menjadi kurang optimum. Oleh karena itu di lakukan pemboran dengan metode Aerated Drilling untuk mencegah problem yg sering terjadi di pada pemboran panasbumi. Pada data sumur TMR-01 trayek 12 1/4” Aerated Drilling mulai di gunakan pada kedalamn 1814-2203 mMD terdapat zona partial loss maupun total loss dan terjadi pipestuck yang disebabkan karena pack off pada kedalaman 1929 mMD.
Metode yang di gunakan untuk perhitungan dalam kajian Aerated Drilling dan optimasi besarnya laju injeksi udara di permukaan dengan metode Gas Ideal karena perhitunganya lebih sederhana dan berbeda dengan metode lainya. Parameter yang harus di perhatikan adalah besarnya bottom hole pressure harus lebih kecil daripada tekanan formasinya, hole cleaning dan equipment capability. Oleh karena itu, untuk mengetahui sudah optimumnya metode aerated drilling maka di perlukan perhitungan : pressure top, bottom hole pressure, fortmation pressure, mix density, flow mix, annular velocity, slip velocity, reynold number. Untuk mengangkatan cutting dengan metode : Cutting Transport (Ct) dan Concentration Cutting (Ca). Dimanan harga Ct > 90% dan Ca < 5% sebagai syarat cutting terangkat dan tidak mengendap. Dengan hasil akhir membuat grafik Bottom Hole Pressure window yg di batasi oleh kondisi optimum dari setiap parameter yang di hitung di atas untuk menentukan rasio laju alir lumpur dan laju injeksi udara.
Pada sumur TMR-01 metode aerasi mulai digunakan pada trayek 12 1/4”. Memiliki tekanan formasi sebesar 2275,16 psi dikedalaman 2203 mMD. Analisa grafik ROP vs Depth dimana terjadi 5 kali penurunan ROP yang berpotensi pipestuck yang ditandai dengan menurunya ROP dan meningkatnya torqi. Dimana ROP terendah yaitu 15,26 ft/hr, sehingga pada kondisi ini harus segera di tambahkan konsentrasi lumpur agar tidak terjadi pipestuck. ROP maksimum 63,5 ft/hr, diperoleh ROP optimum 39,38 ft/hr agar laju pemboran tetap stabil. Mengevaluasi kedalaman 1814-2203 mMD dengan laju alir lumpur 749 gpm dan injeksi udara 1700 scfm dengan ratio 1 : 16,98, didapat laju alir aerasi 911,43 gpm melebihi batasan laju alir mud motor sebesar 300 – 900 gpm. Untuk BHP 1708,66 psi sudah pada kondisi Underbalanced, Ct 66,34 % dan Vann 259,46 fpm lebih besar dari Vmin 244,67 fpm sehingga cutting dapat terangkat dan tidak terjadi pengendapan. Optimasi aerated drilling menggunakan laju alir lumpur 775 gpm dan injeksi udara 1450 scfm didapat laju alir fluida aerasi 898,7 gpm masih dalam batasan mud motor. Untuk BHP 1915,82 psi masih di bawah tekanan formasi diharapkan tidak terjadi total lost circulation, Ct 66,96% dan Vann 255,84 fpm lebih besar daripada Vmin 244,49. Ratio injeksi udara dan lumpur dasar menurun karena penambahan konsentrasi lumpur dasar dari 1 : 16,98 menjadi 1: 14 ratio ini lebih optimum daripada ratio aktual.

Item Type: Thesis (Other)
Subjects: T Technology > T Technology (General)
Divisions: Faculty of Engineering, Science and Mathematics > School of Engineering Sciences
Depositing User: Eko Yuli
Date Deposited: 02 Oct 2018 01:50
Last Modified: 14 Mar 2024 02:13
URI: http://eprints.upnyk.ac.id/id/eprint/16672

Actions (login required)

View Item View Item