FAQIH, ISMA’IL (2013) KOMPERATIF PENGGUNAAN GPS DAN SIPAT DATAR DALAM PENENTUAN TITIK TINGGI ORTHOMETRIK UNTUK APLIKASI KAWASAN KESELAMATAN OPERASI PENERBANGAN (Studi Kasus di Bandar Udara Sultan Hasanuddin - Makassar). Masters thesis, UPN ''VETERAN'' YOGYAKARTA.
|
Text
1 - ABSTRACT.pdf Download (154kB) | Preview |
|
|
Text
2 - INTISARI.pdf Download (152kB) | Preview |
|
|
Text
3 - COVER.pdf Download (88kB) | Preview |
|
|
Text
5 - DAFTAR ISI.pdf Download (24kB) | Preview |
|
|
Text
6 - DAFTAR TABEL DAN GAMBAR.pdf Download (89kB) | Preview |
Abstract
Data tinggi ellipsoid (h) yang dihasilkan dari pengukuran GPS untuk bisa dimanfaatkan secara praktis dengan menurunkannya menjadi tinggi orthometrik (H) yang mengacu ke bidang geoid. Undulasi geoid pada sebuah titik sembarang di permukaan bumi dapat ditentukan berdasarkan data gaya berat yang tersebar di seluruh permukaan bumi. Daerah penelitian yaitu di wilayah Kawasan Keselamatan Operasi Penerbangan (KKOP) Bandar Udara Sultan Hasanuddin – Makassar. Hingga saat ini, pengukuran beda tinggi sipat datar masih merupakan cara pengukuran beda tinggi yang paling teliti. Sehingga ketelitian kerangka dasar vertikal (K) dinyatakan sebagai batas harga terbesar perbedaan tinggi hasil pengukuran sipat datar pergi dan pulang. Pada dasarnya penentuan posisi dengan GPS adalah pengukuran jarak secara bersama-sama ke beberapa satelit (yang koordinatnya telah diketahui) sekaligus. Untuk menentukan koordinat suatu titik di bumi, receiver setidaknya membutuhkan 4 (empat) satelit yang dapat ditangkap sinyalnya dengan baik. Secara garis besar penentuan posisi dengan GPS ini dibagi menjadi 2 (dua) metode yaitu metode absolut dan metode relatif. Namun, titik dasar kerangka vertikal atau biasa yang disebut Titik Tinggi Geodesi (TTG) tidak merata sebarannya di wilayah Indonesia. Hal ini terkait terbatasnya ketersediaan data undulasi geoid sebagai referensi penentuan titik dasar kerangka vertikal. Penelitian ini mengambil sampel di 18 (delapan belas) titik di wilayah Kawasan Keseamatan Operasi Penerbangan Bandar Udara Sultan Hasanuddin - Makassar dengan rentang baseline disetiap titiknya rata-rata 1 – 10 km dimana bersifat lokal. Data tinggi GPS diperoleh dari pengamatan GPS tipe geodetik (Trimble 4000 SSE) yang dihitung menggunakan software Spectra Precision Survey Office. Data tinggi orthometrik diperoleh dari pengukuran sipat datar yang mereferensi Titik Tinggi Geodesi disekitar daerah penelitian. Data pengukuran sipat datar dihitung secara manual dengan memperhitungkan koreksi-koreksi yang diperlukan untuk mendapatkan tinggi dalam system orthometrik serta dilakukan hitung kuadrat terkecil. Dalam melakukan uji perbandingan antara hasil pengukuran sipatdatar dan pengamatan GPS digunakan uji statistic yaitu dengan mempergunakan uji normalitas data dan T-Test Uji Hipotesis (Paired-Sampel T Test). Berdasarkan hasil uji hipotesis bahwa Nilai t hitung adalah sebesar 0.981 dengan sig 0.340. Karena sig > 0.05 maka dapat disimpulkan bahwa Ho diterima yang berarti bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan dari beda tinggi hasil pengukuran sipatdatar dan pengamatan GPS untuk pengamatan yang tidak terlalu luas wilayahnya (lokal). Kata Kunci: Tinggi Orthometrik, GPS, Sipatdatar. The Ellipsoid height (h) that generated from GPS measurements can be used in a practical way by bring it down to orthometric high (H), which refers to the geoid field. Geoid undulation at an arbitary point on earth’s surface can be determined based on the earth’s gravity that spreads across the earth’s surface. The research took place in the area of Obstacle Limitation Surfaces (KKOP) Sultan Hasanuddin - Makassar Airport. Currently, levelling measurement of the height difference is the most accurate thorough. The basic framework of a vertical accuracy (K) is stated as the greatest heigh difference boundary of round-trip levelling measurements. Basically, positioning by GPS denotes as a distance measurements simultaneously to multiple satellites (whose coordinates are known). To determine the coordinates of a point on the earth, the receiver requires at least 4 (four) well capture signal satellites. Generally GPS positioning is divided into two methods, absolute and relative methods. However, the basic point of the vertical framework or commonly called Titik Tinggi Geodesi (TTG) not evenly spread throughout the territory of Indonesia. It’s related to the limited availability of geoid undulation’s data as the reference point to determine the vertical framework. This study took place at 18 (eighteen) points in the Obstacle Limitation Surfaces (KKOP) Sultan Hasanuddin - Makassar Airport, with the baseline range of each points on average 1-10 km. Data of GPS height are obtained from geodetic GPS observations (Trimble 4000 SSE) that were calculated using Spectra Precision Survey Office software. Orthometrik high data was obtained from measuring waterpass which references Titik Tinggi Geodesy around study area. Waterpass data is manually calculated by taking into account necessary corrections to get high in the orthometric system, and also by calculating the least squares adjustment. comparison between test results of waterpass measurements and GPS observations was taken by using statistical test which are normality data test and T-Test Hypothesis Test (Paired Samples T-Test) shows t - value of 0.981 with 0.340 sig. Because sig> 0.05 then we can conclude that Ho is accepted which means that there is no significant difference of the height difference waterpass measurements and GPS observations for local scale measurements. . Key Words: Orthometric High, GPS, Waterpass
| Item Type: | Thesis (Masters) |
|---|---|
| Subjects: | T Technology > TA Engineering (General). Civil engineering (General) |
| Divisions: | Faculty of Engineering, Science and Mathematics > School of Engineering Sciences |
| Depositing User: | Erny Azyanti |
| Date Deposited: | 19 May 2016 04:33 |
| Last Modified: | 19 May 2016 04:33 |
| URI: | http://eprints.upnyk.ac.id/id/eprint/1663 |
Actions (login required)
 |
View Item |