PEMODELAN LINGKUNGAN PENGENDAPAN PERAIRAN KENDARI, SULAWESI TENGGARA BERDASARKAN DATA CORE

DWI MAYASARI, ELISABET (2013) PEMODELAN LINGKUNGAN PENGENDAPAN PERAIRAN KENDARI, SULAWESI TENGGARA BERDASARKAN DATA CORE. Masters thesis, UPN ''VETERAN'' YOGYAKARTA.

[thumbnail of 1. Cover.pdf]
Preview
Text
1. Cover.pdf

Download (278kB) | Preview
[thumbnail of 1.b. Hal Pengesahan+Kata Pengantar+Hal Persembahan.pdf]
Preview
Text
1.b. Hal Pengesahan+Kata Pengantar+Hal Persembahan.pdf

Download (394kB) | Preview
[thumbnail of ABSTRAK.pdf]
Preview
Text
ABSTRAK.pdf

Download (120kB) | Preview

Abstract

Penelitian dilakukan pada perairan Kendari, Sulawesi Tenggara, dengan koordinat
3,4ºLS-4,2ºLS dan 122,2ºBT-123,2ºBT. Lokasi tersebut dipilih karena secara morfologi dasar
lautnya memiliki perbedaan kedalaman sehingga dapat diketahui bentuk morfologi dasar lautnya.
Metode sampling sedimen dasar laut yang dilakukan berdasarkan pengeboran pada 21
titik bor adalah menggunakan alat gravity core. Pengolahan dan analisa data dilakukan di
Laboratorium Mikropaleontologi, Program Studi Teknik Geologi UPN “Veteran” Yogyakarta.
Sampel-sampel yang diambil dari lokasi telitian tersebut dianalisa dengan menggunakan metode
penentuan lingkungan pengendapan milik Barker, 1960 dan metode penentuan lingkungan
pengendapan milik Grimsdale and Mark Hoven, 1950.
Litologi penyusun pada daerah telitian didominasi oleh lempung, pasir dan lanau. Terdapat
indikasi reworked fossils, yaitu terdapatnya fosil yang berumur tua di batuan yang berumur lebih
muda karena pengaruh dari arus laut yang ditunjukkan oleh fosil Globigerinoides primordius
dengan umur N4-N5 (Miosen Awal) dalam jumlah melimpah (abundant). Terdapat pula indikasi
terjadinya upwelling atau naiknya fosil dari batimetri lebih dalam ke batimetri yang lebih
dangkal yang ditunjukkan oleh fosil Lenticulina submamilligera dengan kedalaman 210 Fathoms
(1.055,6 meter) dalam jumlah yang melimpah (abundant).
Berdasarkan hasil analisa, maka model lingkungan pengendapan berdasarkan rasio
plankton-bentos yang sebaiknya diterapkan di Indonesia, khususnya Indonesia bagian timur
adalah: untuk prosentase rasio plankton/bentos 0-10% menunjukkan kedalaman 0-20 meter
termasuk kedalam zona lingkungan pengendapan Transisi. Prosentase 10-20% menunjukkan
kedalaman 20-100 meter termasuk kedalam zona lingkungan pengendapan Neritik Tepi.
Prosentase 20-35% menunjukkan kedalaman 100-200 meter termasuk kedalam zona lingkungan
pengendapan Neritik Tengah. Prosentase 35-50% menunjukkan kedalaman 200-500 meter
termasuk kedalam zona lingkungan pengendapan Neritik Luar. Prosentase 50-60% menunjukkan
kedalaman 500-2000 meter termasuk kedalam zona lingkungan pengendapan Bathial Atas.
Prosentase 60-90% menunjukkan kedalaman 2000-4000 meter termasuk kedalam zona
lingkungan pengendapan Bathial Bawah. Prosentase 90-100% menunjukkan kedalaman lebih
dari 4000 meter meter termasuk kedalam zona lingkungan pengendapan Abisal.
Berdasarkan hasil analisa mikropaleontologi, didapatkan bahwa sumber material sedimen
pada lokasi penelitian berasal dari Barat Daya menuju ke Timur Laut. Hal ini menunjukkan
bahwa semakin ke Timur Laut morfologi daerah telitian akan semakin dalam.

The location of studied area is below to Kendari subsea-Southeast Sulawesi. Coordinate:
3.4º-4.2º North Latitude and 122.2º-123.2º East Longitude.
The sample is picked by gravity core of seabed/substrateprepared and analyzed at
Micropaleontology Laboratory, Department of Geological Engineering, UPN ”Veteran”
Yogyakarta. The aim of the study is to determined this age and depositional environment. The
result will be compared to Barker, 1960 clasification and Grimsdale and Mark Hoven, 1950
clasification.
The lithology is generally consist of clay, sand, and silt. The abundance of
Globigerinoides primordius (age N4-N5/Early Miocene) indicate of reworked fossils. The
bahtymetry shows indication of upwelling by the abundance of lenticulina submamilligera
(depth 1,055.6 m/210 fathoms).
Based on the analysis of foraminifera fossils and organisms depositional environment, the
model that should be applied in Indonesia, especially in eastern Indonesia, is: the percentage of
ratio for plankton/benthos indicates 0-10% 0-20 meters depth including into the Transition Zone
depositional environment. The percentage of 10-20% indicates that the depth of 20-100 meters is
included into the zone of deposition Epi Neritic. The percentage of 20-35% indicates the depth of
100-200 meters is included into the zone of the Middle Neritic depositional environment. The
percentage of 35-50% indicates the depth 200-500 meters into the zone is included Outer Neritic
depositional environment. The percentage of 50-60% depth of 500-2000 meters shows it is
included into the zone of deposition Upper Bathyal. The percentage of 60-90% depth of 2000-
4000 meters shows it is included into the zone of the Lower Bathyal depositional environment.
Percentage of 90-100% shows a depth of more than 4000 feet into meters is included Abyssal
zone depositional environment.
The analysis of micropaleontology found that the location of the source sediment material
is from the Southwest to the Northeast. It shows that the further to the Northeast, the deeper the
morphology.

Item Type: Thesis (Masters)
Subjek: T Technology > TA Engineering (General). Civil engineering (General)
Divisions: x. Faculty of Engineering, Science and Mathematics > School of Engineering Sciences
Depositing User: Erny Azyanti
Date Deposited: 19 May 2016 03:32
Last Modified: 19 May 2016 03:32
URI: http://eprints.upnyk.ac.id/id/eprint/1639

Actions (login required)

View Item View Item