RESPON CINA MENGHADAPI KEBIJAKAN REBALANCING TO ASIA AMERIKA SERIKAT (2011– 2016)

KHAFIDZAH, QISTHI NUR (2017) RESPON CINA MENGHADAPI KEBIJAKAN REBALANCING TO ASIA AMERIKA SERIKAT (2011– 2016). Other thesis, UPN "VETERAN" YOGYAKARTA.

[img]
Preview
Text
cover.pdf

Download (102kB) | Preview
[img]
Preview
Text
HALAMAN PENGESAHAN.pdf

Download (198kB) | Preview
[img]
Preview
Text
ABSTRAK.pdf

Download (156kB) | Preview
[img]
Preview
Text
ABSTRACT.pdf

Download (150kB) | Preview
[img]
Preview
Text
DAFTAR ISI.pdf

Download (319kB) | Preview

Abstract

ABSTRAK Setelah berakhirnya era Perang Dingin, dunia tidak lagi terpolarisasi menjadi 2 kutub kekuatan besar barat dan timur. Negara-negara dunia ketiga pun mulai bangkit dan mengubah dunia menjadi multipolar. Kebangkitan Cina pada abad ke-21 merupakan suatu fenomena yang telah mengubah pola hubungan dalam hubungan internasional. Keberhasilan Cina dalam mempertahankan pertumbuhan ekonomi dan militernya telah mengantarkan Cina sebagai salah satu kekuatan baru di dunia. Hal ini menyebabkan Cina dipandang sebagai negara yang memiliki potensi untuk menjadi negara super power yang diprediksi dapat menggantikan posisi Amerika Serikat sebagai hegemon dunia. Seiring dengan pengaruh kebangkitan kekuatan Cina mulai meluas di kawasan Asia, membuat Amerika Serikat sebagai negara super power dunia merasa perlu untuk meredam kebangkitan Cina tersebut dan melindungi negara-negara sekutunya di kawasan tersebut. Dalam menyikapi hal tersebut, Amerika Serikat mengeluarkan kebijakan re-engagement ke kawasan Asia Pasifik yang menandai reorientasi dari kebijakan yang sebelumnya berfokus di kawasan Timur Tengah. Kebijakan baru Amerika Serikat ini disebut sebagai kebijakan Rebalancing to Asia. Kebijakan Rebalancing to Asia merupakan grand stategy Amerika Serikat pada masa pemerintahan Presiden Obama untuk lebih mendekatkan diri ke kawasan Asia Pasifik. Dalam kebijakan Rebalancing to Asia, Amerika Serikat berusaha mengerahkan segala asetnya ke kawasan tersebut. Dalam skripsi ini ditemukan bahwa kehadiran Amerika Serikat di kawasan Asia Pasifik membuat Cina semakin agresif dalam memainkan perannya di kawasan seperti melalui organisasi regional Shanghai Cooperation Organization (SCO) dan Asia Infrastucture Investment Bank (AIIB) guna tetap menjaga bargaining position Cina di kawasan dan bahkan dunia. Cina juga membuat kebijakan baru pada tahun 2013, yang disebut dengan kebijakan The New Silk Road: One Belt, One Road (OBOR). OBOR dapat dikatakan sebagai kebijakan yang dibuat untuk menyaingi kebijakan Rebalancing to Asia milik Amerika Serikat. Kata Kunci: Cina, Amerika Serikat, Action Reaction, Rebalancing to Asia, OBOR

Item Type: Thesis (Other)
Subjects: J Political Science > JZ International relations
Divisions: Faculty of Law, Arts and Social Sciences > School of Social Sciences
Depositing User: Basir Umaryadi
Date Deposited: 03 Oct 2017 07:31
Last Modified: 03 Oct 2017 07:31
URI: http://eprints.upnyk.ac.id/id/eprint/13154

Actions (login required)

View Item View Item