PERILAKU KEBERAGAMAAN MASYARAKAT KOTA DALAM PENYEMBUHAN PENYAKIT

Utami, Yenni Sri (2011) PERILAKU KEBERAGAMAAN MASYARAKAT KOTA DALAM PENYEMBUHAN PENYAKIT. Mevlana Publishing, Yogyakarta. ISBN 978-602-99155-0.1

Full text not available from this repository.

Abstract

Dewasa ini terdapat fenomena yang cukup menarik yaitu adanya renaissance agama dan spiritualitas yang kembali memasuki dalam kehidupan. Kecenderungan baru, dimana dimensi spiritualitas yang bersumber dari agama mulai dilirik kembali oleh masyarakat. Hal ini terlihat dengan makin kuatnya masyarakat untuk mengamalkan agama sebagai pedoman dan pola perilaku kehidupan sehari-hari secara menonjol ditunjukkan oleh gejala kesemarakan beragama. Mengkaji fenomena keagamaan berarti mempelajari perilaku manusia dalam kehidupan beragamanya. Fenomena keagamaan itu sendiri merupakan perwujudan dari sikap perilaku manusia yang menyangkut hal-hal yang dipandang suci, keramat, dan yang berasal dari kegaiban. Masalah keagamaan, sebagaimana masalah kehidupan lainnya, adalah masalah yang selalu hadir dalam sejarah kehidupan manusia sepanjang zaman. Perilaku kehidupan beragama yang tersebar luas dimuka bumi, telah menjadi bagian dari kehidupan sosial manusia. Ranah kajian sosiologi komunikasi menekankan pada aspek aktivitas manusia sebagai makhluk sosial yang melakukan aktivitas sosiologis, yaitu proses sosial dan komunikasi. Aspek ini merupakan aspek yang dominan dalam kehidupan manusia bersama orang lain, termasuk didalamnya perilaku keberagamaan. Dalam masyarakat kota, munculnya minat lebih tinggi dari biasanya terhadap jalan spiritual dan agama, tampaknya telah menjadi pilihan ketika manusia modern membutuhkan jawaban-jawaban esensial atas eksistensi dirinya dalam hidup di tengah dinamika perkotaan. Disamping itu munculnya tren keberagamaan belakangan ini pada dasarnya juga berakar dari penderitaan psikis masyarakat yang tertekan oleh krisis multidimensi dan pada akhirnya telah mengakibatkan munculnya berbagai penyakit psikosomatik. Gangguan-gangguan psikosomatik akan berkembang dengan subur di masyarakat manakala terjadi ketegangan, pergolakan, kekacauan, serta krisis kejiwaan dan sosial yang merebak dimana-mana, seperti yang terjadi saat ini. Di Indonesia penyakit akibat gangguan psikosomatik merupakan salah satu penyakit yang tergolong cukup tinggi penderitanya dan mempunyai beragam bentuk. Namun pada kenyataannya para penderita gangguan psikosomatik tak satu pun yang datang ke RSJ (rumah sakit jiwa) karena penderita tidak mengakui bahwa dirinya mengalami konflik-konflik kejiwaan atau tekanan psikologik berat yang melatari "penyakit fisik"nya. Seiring dengan laju globalisasi dan modernisasi gejala stres dan penyakit akibat gangguan psikosomatik lainnya di masyarakat akan mengalami peningkatan yang cukup pesat. Hal ini tidak hanya melanda masyarakat kota tetapi sudah sampai ke masyarakat pedesaan. Terlebih lagi kejadian pasca bencana yang banyak terjadi di berbagai tempat di Indonesia. Seperti tsunami di Aceh dan Pangandaran, gempa bumi yang meluluh lantakkan daerah Yogyakarta dan Jawa Tengah yang belum lama terjadi telah menambah deretan panjang penderita gangguan psikosomatik terutama penderita stres maupun depresi. Ada banyak cara terapi atau penyembuhan yang ditempuh ketika seseorang menderita salah satu bentuk penyakit akibat gangguan psikosomatik, baik itu melalui jalan medis maupun non medis. Penyembuhan penyakit dengan obat atau berobat ke dokter memang sebagai solusi yang tepat di jaman nan modern ini. Namun jika penyakit tak kunjung sembuh dan pihak medis sudah angkat tangan, biasanya tindakan cara non-medis dijadikan alternatif pilihan. Apalagi jika pengobatan langsung dengan meminta kuasa Tuhan dalam proses penyembuhannya, yaitu melalui pendekatan agama. Merujuk pada pendapat Max Weber sebagai pengemuka paradigma definisi sosial yang mengartikan sosiologi sebagai suatu studi tentang tindakan sosial antar hubungan sosial. Inti tesisnya adalah “tindakan yang penuh arti” dari individu. Maksudnya adalah bahwa tindakan sosial itu adalah tindakan individu sepanjang tindakannya itu mempunyai makna atau arti subyektif bagi dirinya dan diarahkan kepada tindakan orang lain. Istilah tindakan sosial (social action) ditujukan pada perilaku yang dilakukan individu atau kelompok didalam interaksi yang terjadi pada situasi sosial tertentu (social situation). Dalam hal ini orang-orang yang disebut “pelaku” atau actors dalam tindakan sosial menunjukkan perilakunya terhadap orang lain. Dimana orang lain tersebut mungkin telah ada dalam bayangan si pelaku, dan pelaku dapat memperkiran respon orang lain. Sehingga setiap perilaku tidak hanya berorientasi pada orang lain akan tetapi juga pada perilaku orang-orang yang pernah dikenal sebelumnya atau yang dibayangkan dimasa depan. Secara definitive Weber merumuskan sosiologi sebagai ilmu yang berusaha untuk menafsirkan dan memahami (interpretative understanding) tindakan sosial serta antar hubungan sosial untuk sampai kepada penjelasan kausal. Dalam definisi ini terkandung dua konsep dasarnya. Pertama, konsep tindakan sosial. Kedua, konsep tentang penafsiran dan pemahaman. Konsep terakhir ini menyangkut metode untuk menerangkan yang konsep yang pertama, yang dilakukan melalui pemahaman proses komunikasi antar manusia. Diharapkan buku ini dapat memberikan pemahaman yang jelas dan komprehensif bagi para pembaca tentang keberadaan kelompok pengajian masyarakat kota yang menamakan diri sebagai “Pengajian Tawakal” di Yogyakarta pada khususnya dan Indonesia pada umumnya, terutama dalam hal melakukan penyembuhan penyakit akibat gangguan psikosomatik. Bagi kelompok akademis buku ini dapat dijadikan referensi, khususnya bagi yang berminat pada terapi religius, dan sosiologi komunikasi masyarakat kota.

Item Type: Book
Divisions: Faculty of Law, Arts and Social Sciences > School of Social Sciences
Depositing User: Utami SRI YENNI
Date Deposited: 14 Nov 2017 01:23
Last Modified: 14 Nov 2017 01:24
URI: http://eprints.upnyk.ac.id/id/eprint/12063

Actions (login required)

View Item View Item